Tuesday 23 March 2010

Ledakan Penduduk, Antara Agama dan Ekonomi

Sebagaimana yang telah banyak tercantum dalam ayat-ayat al-Qur’an, dijelaskan bahwa orang-orang kafir tidak akan pernah mau menerima kehadiran agama Islam dan kaum muslimin. De-ngan segala daya dan upaya, mereka tidak akan segan-segan menghancurkan kita, kaum muslimin. Rencana-rencana telah dipersiapkan, strategi-strategi telah disiagakan, mungkin hanya menunggu waktu yang tepat saja. Satu di antara rencana-rencana jahat mereka adalah dengan mencipakan suatu rasa takut kepada manusia dengan sebuah doktrin yang menyatakan bahwa manusia saat ini dihadapkan pada bencana populasi penduduk yang berlebihan. “Over population” atau ledakan penduduk, itulah slogan-slogan yang mereka tanamkan di benak-benak manusia.

Tentu saja, orang-orang kafir ini tahu betul bagaimana caranya menghancurkan Islam dan kaum muslimin. Jika dengan senjata, mereka merasa kesulitan, mungkin dengan cara perang pemikiran adalah cara halus yang jauh lebih efektif. Benar saja, munculnya jargon-jargon yang tertuju pada anjuran untuk mengurangi populasi penduduk, telah berhasil melumpuhkan kekuatan kaum muslimin. Simak saja dengan jargon-jargon seperti “terjadinya kesulitan barang dan jasa akibat terjadinya ledakan penduduk, selamatkan nyawa ibu dari kehamilan, keluarga kecil yang sejahtera, cukup dua anak saja, dan lain sebagainya”.

Secara historis, ketakutan ini berawal dari sebuah teori kontrol populasi yang dicetuskan oleh Thomas Robet Malthus (1798). Dia adalah seorang pemikir berkebangsaan Inggris yang saat itu diakui akan kepintarannya dalam bidang teologi dan ekonomi. Teori tersebut menyatakan bahwa “Jumlah penduduk dunia akan cenderung melebihi pertumbuhan produksi (barang dan jasa). Oleh karenanya, pengurangan ledakan penduduk merupakan suatu keharusan, yang dapat tercapai melalui bencana kerusakan lingkungan, kelaparan, perang atau pembatasan kelahiran”.

Nampaknya perlu untuk kita ketahui bahwa upaya-upaya mengontrol jumlah populasi sebenarnya telah dilakukan secara terang-terangan pada era 60-an oleh para pemimpin Amerika dan Eropa. Sejak saat itu, ada beberapa negara yang sudah menjadi pengikut program dari Eropa dan Amerika ini. Mesir dan India misalnya, kedua negara ini telah lama menerapkan program ini dalam rangka mengurangi jumlah penduduk. Terlebih bagi India yang memang sejak dulu dikenal sebagai negara yang paling padat penduduknya.

Jelasnya, upaya untuk mengurangi jumlah penduduk dengan membatasi kelahiran ini, telah mendapat sambutan hangat dari beberapa organisasi geraja serta lembaga-lembaga swasta yang dengan sengaja mengucurkan dana dalam membantu program ini. Jika diperhatikan secara seksama, hampir semua program ini berlaku penuh di negara-negara muslim. Ya, program-program pembatasan jumlah penduduk banyak dicanangkan di negara-negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Jika bukan karena keinginan mereka untuk menghancurkan Islam dan kaum muslimin, tentu mereka tidak akan melakukannya.

Kita bisa saksikan beberapa kesepatakan atau hasil-hasil deklarasi yang dengan nyata bertujuan untuk menjalankan program ini, seperti Kesepakatan Roma, Lembaga Ford Amerika (yang memiliki jargon kesehatan keluarga), Lembaga Imigrasi Inggris (salah satu lembaga yang berkedok cinta lingkungan namun mewajibakan progam pembatasan jumlah penduduk dengan alasan menjaga lingkungan hidup dari ancaman manusia).

Hal yang paling mencengangkan lagi adalah terkuaknya beberapa dokumen Amerika Serikat pada tahun 1991. Pada kasus tersebut, pemerintah Paman Sam ini telah menyatakan sikapnya terhadap umat Islam. Terbukti dari dokumen-dokumen tersebut yang menyatakan pandangan Amerika bahwa ancaman bagi Negara Amerika adalah negara-negara ketiga, dalam hal ini adalah negara-negara kaum muslimin. Mengenai soal kependudukan negara-negara ketiga ini, Amerika dengan tegas menyatakan bahwa negara-negara tersebut wajib menerapkan program pembatasan kelahiran. Jelasnya, negara-negara ketiga itu antara lain adalah Mesir, Pakis-tan, Turki, Nigeria, Indonesia, Irak, dan Palestina.

Lebih mengharukan lagi tentang kondisi Palestina saat ini. Lihat saja, Amerika tidak pernah mau membantu Palestina dari penjajahan Israel. Bahkan sebalikya, Amerika begitu pasti mendudung langkah Negara Israel dalam menduduki wilayah Palestina. Bagaiamana tidak, bagi Amerika, kematian warga Palestiana-lah yang diharapkan. Dengan begitu, secara tidak langsung jumlah kaum muslimin semakin berkurang. Pembantaian demi pembantaian yang dilakukan Israel, tidak pernah digubris oleh Amerika. Sebaliknya, jika satu nyawa orang Israel tewas di tangan warga Palestina, tentu ini akan menjadi alasan bagi Amerika untuk menyerang Palestina.

Lebih lanjut,apa yang terjadi di Pa-lestina ini, pun dialami pula oleh Negara Irak dan Afghanistan. Upaya pendudukan yang dilakukan oleh Amerika dan sekutu-sekutunya atas negara-negara kaum muslimin ini, sebenanya tidak murni bertujuan hanya untuk menegakkan demokrasi semata. Di balik itu, ada upaya lain yang ditujukan untuk mengurangi jumlah penduduk kaum muslimin.

Kembali ke soal dokumen-dokumen Amerika tadi, satu hal yang perlu diketahui adalah bahwa dokumen-dokumen tersebut menjelaskan beberapa sarana atau cara agar langkah-langkah mengurangi populasi kaum muslimin semakin menurun. Sebagai langkah awal, mereka dengan sengaja memepengaruhi pola pikir beberapa tokoh masyarakat yang berpengaruh. Caranya banyak sekali dan satu di antaranya adalah dengan menawarkan beberapa program pendidikan di negara-negara Eropa dengan gratis. Perlahan tapi pasti, tentu saja banyak orang-orang yang ikut serta mengikuti program pendidikan ini. Setelah itu, mereka yang lulus kemudian pulang ke negara asalnya. Tidak berhenti sampai di sana, lulusan-lulusan ini kemudian menjadi kaki tangan Amerika dan Eropa di negaranya. Selanjutnya, mereka yang asli pribumi ini, secara terus menerus, mencuci otak para pemimpin dan tokoh masyarakat mereka dengan ide-ide yang diharapkan oleh Amerika dan Eropa.

Sebagai puncaknya, PBB atau Per-serikatan Bangsa-Bangsa yang tentunya banyak terpengaruh oleh kebijakan-kebijakan Amerika Serikat, mengadakan konferensi di Ibu Kota Mesir, Kairo, pada tahun 1994. Konferensi tingkat internasional itu memiliki agenda pembahasan mengenai upaya atau cara kontrol dalam menghadapi fertilitas (kelahiran). Memang sempat terjadi sedikit perdebatan di antara negara-negara peserta, namum pada akhirnya mereka sepakat ‘memerangi’ ledakan penduduk. Salah satu upaya yang disepakati itu ialah penggunaan alat kontrasepsi, baik yang temporal seperti kondom, atau yang permanen seperti vasectomy (pemotongan saluran sperma bagi pria) dan tubectomy (pengikatan atau pemo-tongan saluran telur bagi wanita)

Di Indonesia sendiri, pemerintah sudah cukup berperan aktif dalam rangka mengurangi jumlah penduduk. Program KB atau Keluarga Berencana misalnya, sudah lama gencar mensosialisasikan pentingnya mengurangi populasi pen-duduk. Salah satu sloganya adalah 4-Ter, yaitu Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu Sering, dan Terlalu Dekat. Untuk kalangan pria, diarahkan untuk tidak berpoligami karena poligami dipandang ‘berbahaya’ bagi populasi manusia. Untuk para remaja, dilarang menikah pada usia di bawah 18 tahun meski mereka sudah melewati masa baligh.

Lebih lanjut, ada satu program lagi yang diberlakukan khusus untuk para remaja. Program ini dinamakan dengan DAKU atau Dunia Remajaku Seru. Program ini diadopsi dari program The World Start With Me dari Uganda. Kemudian selanjutnya, Thailan, Cina, Pakistan, Afrika Selatan, Mongolia, Kenya, serta Indonesia, mengikuti langkah ini.

Lalu bagaimana Islam menyikapi persoalan ini?
Bagaimanapun juga, teori Malthus tentang ledakan penduduk yang menjadi akibat hancurnya ekonomi, adalah batil dan keliru besar. Karena, kemerosotan ekonomi, seperti kurangnya pangan dan jasa, diakibatkan karena ketidakadilan dan keserakahan segelintir manusia seperti penyelewengan distribusi pangan atau penimbungan yang dilakukan dengan skala besar. Sebagai bukti saja, 80 % barang dan jasa dunia, dinikmati oleh negara-negara kapitalis yang jumlah penduduknya hanya sekitar 25 % penduduk dunia (Rudolf H. Strahm, Kemiskinan Dunia Ketiga: Menelaah Kegagalan Pembangunan di Negara Berkembang, Jakarta: Pustaka Cidesindo, 1999). Jadi, merosotnya ekonomi sama sekali tidak ada kaitannya dengan populasi mansuia. Bumi yang kita injak ini bukan bumi yang miskin dari sumber daya alam, tapi bumi yang miskin dari sumber daya manusia yang adil dan beradab.

Kemudian bagaimana Islam menilai beberapa program yang dicanangkan dalam rangka mengurangi jumlah penduduk seperti program KB? Jawabannya adalah bahwa KB yang dimaksud memiliki dua arti. Dua arti itu adalah:

Tahdid An-Nasl (membatasi jumlah populasi penduduk)
KB dalam arti ini hukumnya haram. Tidak boleh ada aturan yang membatasi jumlah penduduk di suatu wilayah. Program KB semacam ini bertentangan dengan Aqidah Islam, yang menjelaskan bahwa Allah menjamin rizki seluruh hamba-hambanya. Allah berfirman:
"Dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya." (QS. Huud: 6)

Tanzhim an-Nasl (mengatur kelahiran)

KB dalam arti ini hukumnya mubah selama program ini tidak dikampanyekan kepada seluruh masyarakat. Artinya, program ini hanya berlaku secara individu dan bukan negara. Dalil dibolehkannya hal ini adalah sebuah riwayat dari Jabir yang berkata,"Dahulu kami melakukan ‘azl pada masa Rasulullah sedangkan al-Qur`an masih turun." (HR Bukhari). ‘Azl adalah senggama terputus, artinya terhalangnya proses pembuahan karena sperma pria tidak masuk ke dalam kandung telur wanita. Namun hal ini tidak boleh dilakukan dengan alasan takut miskin jika punya anak, atau alasan-alasan lain yang bertentangan dengan aqidah. Adapun alasan karena ingin menjaga jarak antara anak pertama dengan kedua dan selanjutnya, maka hal ini sah-sah saja.

Begitulah, Islam amat bijak menyikapi hal ini. Amat bodoh jika memiliki anggapan bahwa sengsara dan sejahteranya manusia berdasarkan dari banyak atau sedikitnya jumlah manusia. Namun konspirasi tetaplah konspirasi. Adanya teori ledakan penduduk yang membahayakan ekonomi dunia, hanyalah sebuah ide awal untuk menghancurkan ummat Islam dari negara-negara sekuler.

Ya, semuanya berawal dari negara-negara Eropa dan Amerika serta semua-nya berdasar pada kebencian mereka terhadap Islam dan kaum muslimin. Awalnya hanya sebuah teori, tentu saja teori yang dimaksud adalah teori yang sesat lagi menyesatkan. Dari teori ini, kemudian menjadi konspirasi yang dilancarkan lewat gerakan-gerakan pemikiran. Proses ini berjalan begitu lancar dan tersusun rapi. Sedikit demi sedikit banyak pemimpin di beberapa negeri kaum muslimin yang terpengaruh dengan pemikiran ini. Lambat laun, upaya menekan dan mengurangi jumlah kaum muslimin pun digencarkan. Populasi umat Islam dibatasi oleh pemimpin-pemimpin dari kalangan umat Islam sendiri. Karena memang sudah tercuci otaknya, jadi wajar saja jika banyak kaum muslimin yang ‘terbunuh’ dengan cara yang begitu halus. Bahkan jika perlu, peperangan pun bisa dipermain-kan antara penjajah dan yang terjajah. Asalkan, yang terjajah yaitu kaum muslimin karena yang terpenting adalah punahnya umat Islam. Titik!

Source: zonadiskusi.blogspot.com

Bukan Karena Dewi Fortuna

“Kita tidak beruntung karena Sang Dewi Fortuna belum berpihak kepada kita.” Itu adalah sebuah contoh kalimat yang mungkin sering kita dengar dari beberapa mulut orang yang tidak beruntung atau merasa rugi akan sesuatu. Ucapan seperti ini begitu akrab di telinga kita dan begitu mudah disampaikan tanpa tak pernah terpikir akan makna atau kandungan dari ucapan itu.

Perkataan semacam ini, jika dikaji lebih dalam ternyata mengandung konsekuensi hukum yang berat. Mudahnya mengatakan ucapan itu tidak semudah aturan hukum yang menuntunnya. Memang saya cukup yakin bahwa kebanyakan kita mengartikan maksud Dewi Fotuna itu adalah sebuah ungkapan ‘kemujuran’ atau ‘keberuntungan’. Dewi Fortuna mungkin dianggap hanya sebatas simbol dari ekspresi mujur atau tidak mujur, dan tidak mengarah kepada sosok aslinya, yaitu salah satu dewi Yunani.

Namun ya itu tadi, jika diperhatikan lebih seksama dan dicari bagaimana hukum Islam memandangnya, maka ucapan seperti ini adalah kekeliruan besar. Simaklah sebuah hadits Rasulullah berikut:
”Seorang hamba berbicara dengan sesuatu kalimat yang tidak ada kejelasan di dalamnya yang membuat nya terperosok masuk kedalam neraka yang jaraknya antara timur dan barat” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maksud dari hadits itu adalah bahwa ada beberapa ucapan yang bisa menyebabkan dirinya masuk ke dalam neraka dan salah satu dari ucapan itu adalah ucapan yang mengandung kesyirikan yang nyata, yakni seperti ucapan “Kita tidak beruntung atau beruntung karena Dewi Fortuna”.
Diyakini atau tidak diyakini akan keberadaan sosok Dewi Fortuna, tetap saja bahwa ucapan semacam itu adalah ucapan yang batil dan berakibat fatal bagi aqidah seorang muslim.

Mengenal Sosok Dewi Fortuna

Nampaknya penting untuk kita ketahui siapa sebenarnya sang Dewi yang dipercaya membawa keberuntungan itu. Dewi Fortuna, dia adalah salah satu dari dewi Olimpus yang berasal dari keturunan Dewa Zeus dan Dewi Hera. Ayah dari Dewi Fortuna dalah Jupiter dan dia tidak memiliki anak atau keturunan. Dewi Fortuna sangat diagungkan oleh bangsa paganisme, Yunani dan Romawi.

Menurut mitologi kedua bangsa itu, disebutkan bahwa Dewi Fortuna adalah dewi yang cantik jelita yang selalu membagikan keberuntungan di atas awan. Gambaran sang dewi ini selalu mengenakan penutup mata dengan kain dan kadang mengenakan tudung atau kain penutup kepala. Ada yang menyebutkan bahwa sebenarnya Dewi Fortuna itu buta sehingga keberuntungan yang diturunkan oleh sang dewi adalah keberuntungan yang tidak proporsional.

Kadang keberuntungan itu diturunkan kepada mereka yang malas bekerja dan sebaliknya, orang yang sudah berusaha keras malah tidak mendapatkan keberuntungan. Itulah kenapa kadang orang membedakan antara keberuntungan dan hasil usaha. Itulah juga kenapa orang selalu mengatakan bahwa orang jujur belum tentu mujur, atau orang jahat bisa lebih beruntung daripada orang baik. Semua itu merupakan refleksi dari kondisi sang dewi yang buta dan mengenakan tutup mata, yakni tidak bisa melihat kondisi yang sesungguhnya. Ia hanya membagikan keberuntungan tanpa melihat kinerja yang dilakukan oleh manusia.
Keberuntungan yang dibagikan oleh sang dewi berbentuk seperti emas dan beragam harta dari tanduk Amaltea, si kambing suci yang dihormati oleh masyarakat Yunani Romawi.

Tidak hanya itu, Dewi Fortuna juga dilukiskan sebagai dewi yang selalu menjadi kesejahteran para petani, terutama petani gandum. Karena, ia adalah dewi yang selalu menjaga biji-bijian gandum. Dalam kalender Roma, tanggal 11 Juni adalah tanggal yang sangat suci bagi sang dewi sehingga sering diperingati dengan festival-festival besar.

Nama dari “Fortuna” nampaknya berasal dari turunan kata “Vortumna”, yang berarti ‘dia yang mengelilingi tahun’. Sebagai informasi tambahan, ada beragam macam nama sang dewi yang masing-masing mengandung makna keberuntungan yang berbeda seperti Fortuna Annonaria (keberkahan pada hasil panen), Fortuna Belli (kemenangan dalam perang), Fortuna Primigenia (keselamatan para proses kelahiran), Fortuna Virilis (kelancaran karir), Fortuna Equistris (keberuntungan para ksatria) dan lain sebagainya.

Pandangan Islam
Sesungguhnya, kesyirikan itu adalah dosa besar yang tidak akan pernah diampuni oleh Allah hingga si pelaku bertaubat sebelum kematiannya tiba. Kesyirikan bisa terjadi pada amalan hati, ucapan, dan perbuatan. Seseorang yang hatinya meyakini bahwa Dewi Fortuna itu adalah Dewi yang membawa keberuntungan, maka tidak ragu lagi bahwa dirinya telah melakukan kesyirikan.

Pun demikian dengan ucapannya. Jika seseorang mengucapkan bahwa keberuntungan atau ketidakberuntungan itu adalah berasal dari Dewi Fortuna, maka hal itu menjadikan dirinya telah mengamalkan kesyirikan kepada Allah.

Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni (dosa) karena mempersekutukkan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsipa yang mempersekutukkan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa: 48)

Lalu bagaimana jika ada pernyataan bahwa ungkapan semacam itu hanyalah sebatas ungkapan tanpa ada maksud menyekutukan Allah? Kita katakan bahwa sesungguhnya perbuatan syirik itu bisa terjadi pada hati, lisan, dan ang-gota badan. Ucapan lisan yang mengandung kesyirikan tetaplah dipandang sebuah dosa besar meski hati atau anggota badannya tidak mengikutinya. Seperti halnya pada konsekuensi iman, seseorang tidaklah dikatakan muslim jika ia tidak mau mengucapkan dua kalimat syahadat meski hatinya mencintai Islam atau perbuatan-perbuatannya menunjukkan bahwa dirinya seperti muslim.

Untuk itulah saudaraku, penting bagi kita untuk menjaga lisan dari segala macam perbuatan syirik yang bisa mengundang azab dan murka Allah. Jika pernah terlanjur mengatakan ucapan kesyirikan, maka bertaubatlah kepada Allah sebelum semuanya terlambat. Sungguh, tidak akan pernah ada kebahagiaan bagi mereka yang mati dalam keadaan membawa dosa syirik.
Allah berfirman;
”Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukkan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang dzalim itu.” (QS. Al-Maidah: 72)


Source: zonadiskusi.blogspot.com

Pandangan Syiah terhadap keluarga dan sahabat Nabi

Ahlul Bait secara bahasa artinya keluarga. Sedangkan secara istilah artinya keluarga Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam yaitu mereka yang haram menerima zakat. Mereka adalah keluarga ‘Ali, keluarga Ja’far, keluarga ‘Aqil, dan keluarga ‘Abbas. Mereka semua dari Bani Hasyim.

Dari Zaid bin Arqom bahwasanya Nabi shallallaahu alaihi wasallam pernah berkhutbah di tengah-tengah para shahabatnya lalu beliau berpesan tentang kitabullah (al-Qur'an) dan menyuruh supaya berpegang teguh kepadanya. Kemudian beliau berkata: "Dan ahlul baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahlul baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahlul baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahlul baitku.”

Hushoin – seorang tabi’in yang menemui Zaid – berkata, "Siapakah ahlul baitnya wahai Zaid? Bukankah para istri beliau termasuk ahlul baitnya?” Zaid menjawab, “Para istri beliau termasuk ahlul baitnya. Tetapi ahlul baitnya juga adalah siapa yang haram menerima sedekah sepeninggal beliau.” “Siapakah mereka itu?” tanya Hushoin. Zaid menjawab, “Mereka adalah keluarga Ali, keluarga Ja’far, keluarga ‘Aqil, dan keluarga ‘Abbas.” Apakah mereka semua diharamkan menerima sedekah?” tanya Hushoin. Zaid menjawab, “Benar.” (HR. Muslim).

Sedangkan Syi’ah membatasi makna Ahlul Bait hanya sebatas keluarga Ali bin Abi Thalib, yakni: Ali, Fathimah, Hasan, Husain dan keturunan keduanya. Ini adalah suatu manipulasi istilah. Sedangkan pemahaman yang benar tentang Ahlul Bait adalah semua keluarga Nabi shallallaahu alaihi wasallam yang haram menerima zakat, yaitu keluarga Ali, keluarga Ja’far, keluarga ‘Aqil, keluarga al-‘Abbas, dan putra-putra al-Harits bin Abdul Muthalib. Termasuk juga para istri Nabi shallallaahu alaihi wasallam. Mereka semua termasuk dalam Ahlul Bait.

Dalam hal ini Syi’ah berdalih dengan sebuah hadits dimana Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam pada suatu hari keluar sementara di atas beliau ada selimut yang terbuat dari bulu wol hitam lalu datanglah Hasan bin ‘Ali kemudian Nabi shallallaahu alaihi wasallam memasukkannya ke dalam selimut itu, kemudian datanglah Husain lalu masuk bersamanya, kemudian datanglah Fathimah lalu beliau memasukkannya, kemudian datanglah ‘Ali maka beliau pun memasukkannya, lalu beliau membaca (firman Allah): “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian wahai ahlul bait dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya.” (QS. al-Ahzab: 33) (HR. Muslim)

Dengan riwayat di atas, Syi’ah membatasi ahlul bait hanya pada Fathimah, ‘Ali, Hasan, Husain dan keturunan keduanya. Pemahaman seperti itu keliru, karena jika kita perhatikan konteks ayat tersebut dengan ayat-ayat sebelum dan sesudahnya, kita dapati bahwa ayat tersebut ditujukan untuk para istri Nabi shallallaahu alaihi wasallam.

Ayat-ayat tersebut ialah:
“Hai istri-istri Nabi, kalian tidaklah seperti wanita yang lain jika kalian bertaqwa. Maka janganlah kalian berbicara dengan lunak sehingga ber-keinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik. Dan hendaklah kalian tetap di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu, dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat serta taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian wahai ahlul bait dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya. Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumah-rumah kalian dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Ahzab: 32 – 34)

Akan tetapi, ayat tersebut tidak menghalangi masuknya ‘Ali, Fathimah dan kedua putranya (Hasan dan Husain) ke dalam maksud ayat tersebut karena mereka memang ahlul bait Nabi shallallaahu alaihi wasallam. Dan itulah yang ditunjukkan oleh hadits shahih di atas.

Hal ini sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
“Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang senang membersihkan diri.” (QS. at-Taubah: 108)

Konteks ayat tersebut dan sababun nuzulnya secara jelas menunjukkan bahwa masjid yang dimaksud pada ayat tersebut adalah masjid Quba’. Tetapi ini tidak menghalangi masuknya masjid lain ke dalam maksud ayat tersebut sebagaimana jawaban Nabi ketika ditanya tentang manakah masjid yang didirikan atas dasar taqwa? Beliau menjawab:

Ia adalah masjid kalian ini – Masjid Madinah – (yakni Masjid Nabawi di Madinah).” (HR. Muslim)

Nabi shallallaahu alaihi wasallam dalam hadits ini menjelaskan bahwa ayat di atas (at-Taubah: 108) juga mencakup masjidnya (Masjid Nabawi) karena ia juga didirikan atas dasar taqwa. Jadi, as-Sunnah menjelaskan bahwa masing-masing dari kedua ayat di atas kandungannya lebih luas dari sekedar yang ditunjukkan oleh konteksnya. Maka tidak boleh menolak apa yang ditunjukkan oleh as-Sunnah dengan dalil konteks ayat, sebagaimana tidak boleh menolak konteks ayat dengan dalil as-Sunnah. Adapun Syi’ah, mereka menolak konteks ayat di atas (surat al-Ahzab: 33) dengan penjelasan Nabi. Hal ini jelas keliru.

Lebih tegas dari itu adalah perkataan Nabi shallallaahu alaihi wasallam ketika terjadi haditsul ifki (kisah pencemaran nama baik), Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam berkhutbah di tengah-tengah manusia lalu berkata: “Wahai manusia, kenapa ada orang-orang yang menyakitiku dalam ke-luargaku serta berkata tentang mereka tanpa kebenaran. Demi Allah, aku tidak mengetahui tentang mereka kecuali kebaikan.” (HR. Ibnu Ishaq, dishahihkan oleh al-Albani).

Dalam hadits tersebut Nabi shallallaahu alaihi wasallam jelas-jelas menyebut ‘Aisyah dengan keluargaku.

Kecintaan Ahlus Sunnah wal Jama'ah terhadap Ahlul Bait
Ahlus Sunnah mencintai dan memuliakan mereka semua karena kedekatan mereka dengan Rasulullah dan juga karena perintah Allah dan Rasul-Nya. Berkata Ibnu Katsir: "Kita tidak mengingkari wasiat Rasulullah tentang ahlul bait dan perintah untuk berbuat baik terhadap mereka serta menghormati dan memuliakan mereka. Karena, sesungguhnya mereka adalah dari keturunan yang suci, dari keluarga termulia di muka bumi secara nasab dan keturunan. Terlebih lagi jika mereka mengikuti sunnah Nabi yang shahih lagi terang sebagaimana para pendahulu mereka seperti al-‘Abbas dan putra-putranya, Ali dan istinya serta keturunannya.”

Imam ath-Thahawi menjelaskan bahwa kebersihan dari sifat munafik tidak terwujud kecuali dengan meluruskan aqidah tentang para shahabat dan ahlul bait. Beliau berkata, "Barangsiapa yang berkata baik tentang para shahabat Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam, istri-istri beliau yang suci dan keturunan beliau yang dibersihkan dari setiap kotoran maka ia telah selamat dari kemunafikan.”

Para salafus shalih telah memberikan contoh yang baik dalam menjaga wasiat Rasulullah tentang ahlul bait beliau. Berikut ini beberapa contoh saja:
Abu Bakar berkata: "Perhatikanlah Muhammad shallallaahu alaihi wasallam pada ahlul baitnya.” Yakni jagalah beliau pada keluarganya, jangan kalian sakiti atau kalian ganggu mereka.

Beliau (Abu Bakar) juga berkata: "Demi Allah, kerabat Rasulullah lebih aku cintai daripada menyambung kerabatku.”

Umar pernah berkata kepada al-‘Abbas, “Demi Allah (wahai Abbas), keIslamanmu lebih aku sukai daripada keIslaman ayahku (al-Khaththab) seandainya ia masuk Islam. Karena, masuknya engkau ke dalam Islam lebih dicintai oleh Rasulullah daripada masuk Islamnya al-Khaththab.” Demikianlah Ahlus Sunnah wal Jama'ah – sejak zaman para shahabat hingga kini – senantiasa mencintai ahlul bait Rasulullah dan menjaga wasiat beliau tentang keluarganya.

Sikap Berlebihan Syi’ah Terhadap Ahlul Bait
Adapun Syi’ah, maka mereka membatasi cakupan ahlul bait hanya pada keluarga ‘Ali bin Abi Thalib saja. Sedangkan kerabat Rasulullah yang lain mereka keluarkan dari ahlul bait tanpa alasan selain hawa nafsu. Setelah itu mereka kultuskan keluarga ‘Ali bin Abi Thalib tersebut hingga sampai pada derajat ‘ishmah (terbebas dari semua kesalahan). Dengan demikian mereka telah berbuat ghuluw (melampaui batas) dalam agama.

Syi’ah sangat berlebihan dalam menyanjung bahkan mengkultuskan imam-imam mereka dari kalangan ahlul bait. Untuk membenarkan perbuatan mereka itu, mereka membuat-buat riwayat palsu tentang keutamaan ahlul bait. Sebagai contoh, al-Kulaini mengutip dalam kitabnya, Ushuulul Kaafi, sebuah riwayat dari Imam Ja’far ash-Shadiq –‘alaihis salam – yang berkata, “Kami adalah gudang ilmunya Allah dan kami penterjemah perintah Allah serta kami adalah kaum yang ma’shum. Diwajibkan taat kepada kami dan dilarang menyelisihi kami, kami menjadi saksi atas perbuatan ma-nusia di bawah langit dan di atas bumi.”

Salah seorang ulama mereka menukil – secara dusta – perkataan Ali bin Abi Thalib: “Demi Allah, sesungguhnya akulah yang bersama Ibrahim di dalam api, dan akulah yang menjadikan api itu dingin dan selamat baginya, dan aku bersama Nuh di dalam bahtera (kapal), dan akulah yang menyelamatkannya dari tenggelam. Dan aku bersama Musa, lalu aku ajarkan ia Taurat. Dan akulah yang membuat Isa dapat berbicara di waktu masih bayi, dan akulah yang mengajarkannya Injil. Dan aku bersama Yusuf di dalam sumur, lalu aku selamatkan ia dari tipu daya saudara-saudaranya. Dan aku bersama Sulaiman di atas permadani (terbang), dan akulah yang menundukkan angin untuknya. (Al-Anwaarun Nu’-maniyyah jilid 1, hlm. 31, dinukil dari Syi'ah wa Tahriifu Qur’an, oleh Syaikh Muhammad Malullah hlm. 17).

Khomeini (yang mereka gelari Ayatullah), pemimpin spritual mereka, berkata di dalam kitabnya al-Hukuumatu Islamiyyah (hlm. 52), “Termasuk dari kepastian madzhab kami adalah, bahwasanya para imam kami mempunyai kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh malaikat yang muqarrab (dekat di sisi Allah) dan tidak pula nabi yang diutus.”

Demikianlah sikap ghuluw mereka terhadap sebagian ahlul bait. Akan tetapi terhadap ahlul bait yang lain – yang juga utama – justru Syi’ah membencinya. Contohnya adalah al-’Abbas bin Abdul Muthalib (paman Nabi) dan Abdullah bin ‘Abbas.

Al-Kasyiy, seorang ulama Syi’ah meriwayatkan bahwa Muhammad al-Baqir pernah berkata: Pada suatu hari ada seorang datang kepada ayahku (yakni ‘Ali Zainal ‘Abidin) lalu berkata: “Abdullah bin ‘Abbas mengklaim bahwa dirinya mengerti setiap ayat al-Qur’an, kapan dan berkenaan dengan soal apa ayat itu diturunkan.” ‘Ali Zainal ‘Abidin menjawab: “Coba tanyakan kepadanya, tertuju kepada siapakah ayat-ayat ini ketika turunnya: “Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang lurus).” (QS. al-Isra’: 72)

“Dan tidaklah bermanfaat kepada kalian nasihatku sekalipun aku hendak memberi nasihat kepada kalian kalau Allah hendak menyesatkan kalian.” (QS. Huud: 34)

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian serta tetaplah bersiap siaga.” (QS. Ali Imran: 200)


Orang yang menghadap ayahku itu lalu mendatangi ‘Abdullah bin ‘Abbas. Tatkala orang itu mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan ayat-ayat tersebut, Ibnu ‘Abbas menjawab: “Aku lebih suka kalau engkau mempertemukan aku dengan orang yang menyuruhmu membawa pertanyaan-pertanyaan ini, tetapi tanyakanlah dulu kepadanya: Apakah ‘Arsy itu, kapan diciptakan dan bagaimana keadaannya?!”

Orang itu lalu pergi menghadap ayahku dan mengatakan kepadanya apa yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas. Ayahku bertanya: “Apakah Ibnu ‘Abbas menjawab pertanyaan mengenai ayat-ayat yang kupesankan kepadamu?” Orang itu menyahut: “Tidak.” Ayahku melanjutkan: “Baiklah, sekarang kuterangkan kepadamu mengenai ayat-ayat itu berdasarkan cahaya dan ilmu, bukan dengan mengaku-ngaku atau menjiplak. Ayat pertama dan kedua diturunkan berkenaan dengan ayah ‘Abdulah bin ‘Abbas (yakni al-‘Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi), sedangkan ayat yang ketiga diturunkan berkenaan dengan ayahku dan kami (Ahlul Bait).” (Rijalul Kasyiy, hlm. 53).

Itulah yang dikatakan oleh kaum Syi’ah mengenai paman Nabi, yaitu ‘Abbas. Sedangkan mengenai Ibnu ‘Abbas, seorang ulama umat Islam, ahli tafsir al-Qur’an dan shahabat Rasulullah , oleh mereka dituduh sebagai pengkhianat.

Al-Kasyiy meriwayatkan bahwa Ibnu ‘Abbas diangkat oleh ‘Ali -shalawatullahi ‘alaihi- sebagai Amir Bashrah, kemudian ia pergi ke Makkah meninggalkan ‘Ali –shalawatullahi ‘alaihi- dengan membawa uang baitul mal sebanyak dua ribu dirham.

Ketika mendengar berita itu, ‘Ali -shalawatullahi ‘alaihi- naik ke atas mimbar sambil menangis lalu berkata: “Dia (Abdullah bin ‘Abbas) adalah anak paman Rasulullah. Dengan segala ilmu dan kepandaian yang ada padanya ia masih berbuat seperti itu, lantas bagaimana orang yang berada di bawahnya mau beriman! Ya Allah, aku sungguh sudah jemu terhadap mereka, karena itu bebaskanlah diriku dari gangguan mereka.” (Rijalul Kasyiy, hlm. 57-58).

Al-Kasyiy dalam bukunya menyediakan bab tersendiri di bawah judul “Ali menyumpahi ‘Abdullah dan ‘Ubaidillah, dua anak ‘Abbas.” Dalam bab itu ia meriwayatkan cerita bohong yang dikatakannya berasal dari Abu Ja’far -alaihis salam- bahwa Amirul Mukminin ‘Ali -alaihis salam- menyumpahi dua orang itu: “Ya Allah, kutuklah dua orang anak lelaki si Fulan – yang dimaksud adalah ‘Abdullah dan ‘Ubaidillah dua orang anak lelaki ‘Abbas- butakanlah mata mereka seperti Engkau telah membutakan hati mereka terhadap kedudukanku. Jadikanlah kebutaan mereka sebagai tanda kebutaan hati mereka.”

Riwayat-riwayat palsu seperti itu banyak sekali terdapat di dalam al-Kaafiy, dan di dalam kitab-kitab tafsir mereka, seperti al-Qummiy, al-‘Iyasyi dan ash-Shafiy. Padahal al-‘Abbas (paman Nabi) dan putranya yaitu Abdullah bin ‘Abbas termasuk dari keluarga Nabi (ahlul bait). Tetapi begitulah sikap kaum Syi’ah, mereka menyanjung dengan berlebih-lebihan sebagian ahlul bait dan menyudutkan sebagian ahlul bait yang lain.

Penetapan Khalifah berdasarkan nash

Syi’ah Rafidhah mengklaim bahwa Rasulullah telah menegaskan kepada umat bahwa khalifah sepeninggal beliau adalah Ali bin Abi Thalib , yaitu ketika beliau menunjuk Ali sebagai wakil beliau atas kota Madinah saat Rasulullah dan kaum muslimin berjihad dalam perang Tabuk. Ketika itu beliau bersabda kepada Ali: “Apakah engkau tidak ridha bahwa kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa? Hanya saja tidak ada lagi nabi sesudahku.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Beliau juga bersabda kepada ‘Ali di suatu tempat yang bernama Ghadir Khum: “Barangsiapa yang aku sebagai walinya maka Ali juga sebagai walinya, ya Allah, jadilah Engkau wali bagi siapa saja yang loyal kepadanya (Ali), dan musuhilah siapa saja yang memusuhinya.” (HR. Ahmad, Nasa’i dan al-Hakim). Hadits ini dikenal dengan hadits Ghadir Khum. Syi’ah mengklaim bahwa perkataan Nabi ini adalah nash yang tegas tentang penunjukan ‘Ali sebagai khalifah sepeninggal beliau.

Ahlus Sunnah menjawab bahwa kedua hadits tersebut memang menunjukkan salah satu keutamaan Ali. Dan masih banyak lagi keutamaan beliau yang lain. Akan tetapi hadits di atas bukan merupakan dalil penunjukan Ali sebagai khalifah sepeninggal Rasulullah. Sebab, Beliau juga pernah menunjuk Ibnu Ummi Maktum sebagai wakil beliau atas Madinah saat beliau keluar dalam salah satu jihadnya. Namun, para shahabat tidak menangkap hal itu sebagai penunjukan Rasulullah kepada Ibnu Ummi Maktum sebagai khalifah setelah beliau.

Adapun tentang diserupakannya kedudukan Ali sebagaimana Nabi Harun, maka pada kesempatan yang lain Rasulullah juga pernah menyerupakan Abu Bakar dengan Isa, dan menyerupakan Umar dengan Nabi Nuh pada saat musyawarah tentang bagaimana memperlakukan tawanan perang Badar.

Adapun tentang doa Nabi, “Ya Allah, jadilah Engkau wali bagi siapa saja yang loyal kepada Ali, dan musuhilah siapa saja yang memusuhinya,” maka itu adalah perkataan yang haq dan doa yang mustajab. Oleh karena itu, di kalangan kaum muslimin tidak ada yang memusuhi Ali selain kaum Rafidhah sendiri. Sebab, mereka telah memposisikan Ali pada posisi yang tidak layak baginya dan menyifatinya dengan sifat-sifat yang hanya layak bagi Allah.

Di antara penyimpangan mereka yang parah adalah mengkultuskan Ali bin Abi Thalib dan keturunannya serta mencaci maki para shahabat yang lain termasuk tiga khalifah yang pertama. Mereka menganggap tiga khalifah tersebut telah merampas hak kekhalifahan Ali dan melanggar wasiat Rasulullah yang telah menunjuk Ali sebagai khalifah sesudahnya. Mereka juga mengutuk ‘Aisyah dan Hafshah, (dua istri Nabi) karena keduanya adalah putri Abu Bakar dan Umar, bahkan menuduh ‘Aisyah dengan tuduhan yang sangat keji. Mereka selalu mendengung-dengungkan slogan “Membela hak-hak Ahlul Bait yang terzhalimi.”

Padahal Rasulullah tidak pernah berwasiat bahwa Ali sebagai khalifah sepeninggal beliau. Jika beliau pernah berwasiat seperti itu tentulah para shahabat yang mulia akan melaksanakan wasiat tersebut dan tidak akan berselisih dalam hal itu. Jika wasiat itu ada, tentulah Ali, di saat menjadi khalifah, akan mengumumkan hal itu kepada kaum muslimin dan menjelaskan bahwa tiga kekhalifahan yang sebelumnya adalah batil dan suatu kezhaliman. Akan tetapi yang terjadi adalah justru khalifah Ali sangat menghormati dan mencintai tiga khalifah sebelumnya.

Sebagai bukti kecintaan Ali kepada tiga khalifah sebelumnya ialah beliau memberi nama seorang putranya dengan Abu Bakar, seorang lagi dengan nama Umar, dan seorang lagi dengan nama Utsman. Beliau juga menikahkan putrinya, Ummu Kultsum, dengan Umar bin al-Khaththtab.

Syi’ah Mengutamakan Ali atas Abu Bakar dan Umar
Syi’ah mengklaim bahwa Ali bin Abi Thalib lebih utama dan lebih mulia daripada Abu Bakar dan Umar. Mereka berdalih dengan beberapa riwayat yang lemah seperti hadits berikut: “Aku adalah kotanya ilmu, sedangkan Ali adalah pintunya, maka barang-siapa yang menghendaki ilmu hendaklah mendatangi pintunya.” (HR. al-‘Uqaili, Ibnu ‘Adiy, ath-Thabrani dan al-Hakim; hadits ini dinyatakan maudhu’ oleh al-Albani dalam Silsilah adh-Dha’ifah no. 29-55).

Untuk mendukung hawa nafsunya yang batil, tokoh-tokoh Syi’ah Rafidhah tidak segan-segan mempermainkan ayat-ayat al-Qur’an. Al-Qummiy, seorang ulama tafsir Syi’ah ketika menafsirkan firman Allah berikut: “Dan pada hari (ketika) orang yang zhalim itu menggigit kedua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan (yang lurus) bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan sebagai teman akrab(ku). “ (QS. al-Furqan: 27 – 28)

Ia berkata: “Yakni Abu Bakar akan berkata: ‘Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan (yang lurus) bersama Rasul dan Ali sebagai walinya. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan Umar sebagai teman akrabku. “

Demikianlah sikap Syi’ah Rafidhah kepada Ali bin Abi Thalib dan kepada para shahabat. Sedangkan sikap Ahlus Sunnah terhadap Ali dan keluarganya adalah mencintai mereka dan mengakui semua keutamaan Ali yang tersebut dalam hadits-hadits yang shahih. Ahlus Sunnah tidak mengingkari keawalan beliau dalam masuk Islam, kekerabatannya dengan Nabi , kedudukannya sebagai menantu Nabi, ilmunya dan kefahamannya terhadap al-Qur’an, kedudukannya yang tinggi, jihadnya, keberaniannya, dan bahwa beliau adalah khalifah keempat dari al-Khulafaa’ ar-Rasyidin serta salah satu dari sepuluh shahabat yang dijamin surga. Tetapi Ahlus Sunnah tidak sampai berlebih-lebihan hingga menyifatinya dengan sifat-sifat ketuhanan sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Syi’ah.

Ahlus Sunnah juga meyakini bahwa prioritas keutamaan keempat khalifah tersebut sesuai dengan urutan kekhalifahannya. Dalilnya adalah ijma’ para shahabat yang lebih mendahulukan Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman dalam pembai’atan sebagai khalifah. Dan para shahabat tersebut tidak mungkin bersepakat dalam kesesatan karena Allah telah menjaga umat ini dari hal tersebut.

Sikap Rafidhah terhadap para shahabat Nabi
Mereka menyifati para shahabat Nabi sebagai orang-orang yang rakus terhadap dunia dan gila jabatan. Ibnul Muthahhir ar-Rafidhi, Ulama Syi’ah, berkata, “Sebagian mereka (yakni para shahabat) menginginkan kekuasaan untuk diri mereka, padahal itu bukanlah hak mereka. Lalu mereka pun dibai’at oleh orang-orang yang memburu dunia.”

Maksudnya ialah Abu Bakar, Umar dan ‘Utsman sangat menginginkan jabatan khilafah padahal mereka tidak berhak atas jabatan itu. Lalu para shahabat yang lain membai’at mereka karena mengharapkan dunia dari mereka.

Ini jelas suatu kebohongan besar. Karena sejarah mencatat bahwa Abu Bakar justru berkata kepada kaum muslimin pada saat musyawarah pemilihan khalifah, “Aku telah ridha untuk kalian salah satu dari dua orang ini, Umar atau Abu Ubaidah.” Lalu Umar berkata, “Demi Allah, jika leherku dipenggal bukan karena suatu dosa, itu lebih aku sukai daripada memimpin suatu kaum yang di situ ada Abu Bakar.” Riwayat ini tercantum dalam Shahih Bukhari dan Muslim.

Kemudian, kaum muslimin tidaklah memilih dan membai’at Abu Bakar kecuali karena mereka mengetahui bahwa Abu Bakar adalah orang terbaik di antara mereka. Para shahabat yang membai’at Abu Bakar adalah orang-orang yang paling zuhud terhadap dunia.

Merekalah orang-orang yang telah mengorbankan jiwa dan harta mereka di jalan Allah, sehingga Allah memuji mereka dengan pujian yang sangat indah, “Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah (yakni kaum Muhajirin), serta orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan kepada mereka (yakni kaum Anshar), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).” (QS. al-Anfal: 74)
Wallahua'lam.

Source: zonadiskusi.blogspot.com

Ummat Islam di Bawah Naungan Demokrasi

Demokratisasi adalah sebuah gerakan baru yang saat ini ramai terjadi di hampir setiap negara. Tidak hanya ramai di negara-negara barat yang memang dikenal sebagai nenek moyang demokrasi, sistem ini pun merambah pesat dan berkembang di negara-negara timur. Tentu jika kita menyebut negara timur dalam bahasan ini, yang dimaksud adalah negara-negara kaum muslimin.

Lalu bagaimanakah wajah ummat Islam di bawah naungan demokrasi? Seberapakah untungnya bagi ummat Islam dari sistem demokrasi ini? Dan sejauh manakah perkembangan yang terjadi selama ini bagi ummat Islam sejak demokrasi menaungi mereka?

Sebenarnya pertanyaan-pertanyaan semacam ini muncul ke permukaan sebagai bentuk keingintahuan kita tentang sepak terjang demokrasi dalam menaungi kaum muslimin. Tidak hanya itu, kita pun bisa menyaksikan sendiri bagaimana kondisi kaum muslimin di seluruh dunia setelah negara-negara mereka menganut sistem demokrasi.

Berawal dari sinilah, kita bisa menganalisa dan mampu memberikan penilaian yang kritis terhadap sistem demokrasi. Mengapa harus kritis? Tentu saja harus, karena bagaimanapun juga, demokrasi tidak lain adalah produk pemikiran manusia. Segala sesuatu yang dihasilkan oleh manusia, termasuk ide-ide demokrasi, memiliki kemungkinan salah dan benar, tepat dan keliru, atau bahkan bermanfaat dan berbahaya. Terlebih dengan kondisi masyarakat kita saat ini yang begitu menyanjung-nyanjung demokrasi, tentu sikap kritis dalam menilai demokrasi itu harus lebih digencarkan.

Belajar dari Aljazair
Agama Islam masuk ke Aljazair pada saat Daulah Khilafah Bani Umayah, sekitar pada tahun 682 M. Berawal dari kawasan Tunisia, tentara Islam terus berdakwah dan berjihad, serta bergerak terus menuju kawasan-kawasan di sebelah barat lainnya seperti Aljazair, Maroko, dan Libya. Kawasan-kawasan ini kemudian dibebaskan dari penjajahan Romawi, dan hidup di bawah naungan Islam. Agama Islam mendapat sambutan yang sangat luar biasa di daerah ini karena ajarannya yang rahmatan lil alamin. Selain membebaskan kawasan-kawasan ini dari penindasan Romawi, Islam menyeru mereka pada kalimat tauhid yang menyatukan seluruh suku bangsa di bawah ukhuwah Islamiyah.

Namun tak dapat dipungkiri, kejayaan Islam setelah itu mulai memudar dan menunjukkan gejala-gejala keruntuhan. Benar saja, akibat arus pemikiran-pemikiran yang sesat dari luar seperti sekularisme dan pemikiran dari dalam seperti sufisme, ajaran Islam yang murni semakin ditinggalkan. Saat itu di kawasan Aljazair, penjajah Prancis masuk ke wilayah ini, tepatnya pada tahun 1830 M.

Meski demikian, masih banyak kaum muslimin yang setia dengan ajarannya. Untuk menghadapi tentara penjajah, genderang jihad pun diserukan dan dikobarkan. Perlawanan demi perlawanan terus berlanjut sampai kemudian Prancis harus mengakui kemerdekaan Aljazair pada tahun 1962. Namun, seperti negara-negara kaum muslimin lainnya termasuk Indonesia, kemerdekaan ini menjadi semu karena yang berkuasa di Aljazair setelah kemerdekaan itu adalah agen-agen Prancis sendiri. Aljazair kemudian menjadi negara sekular dengan sistem republik yang dipimpin oleh boneka dan kader-kader binaan Prancis.

Dengan jadinya Aljazair sebagai negara sekular, negara ini sangat bergantung pada Prancis. Sistem sekular yang dianut Aljazair ini hanya menguntungkan negara asing dan para penguasa sekular. Hakikatnya, penjajahan masih berlangsung. Aljazair kemudian menjadi negara yang banyak berutang pada Prancis dan IMF. Tentu saja, sama dengan negara-negara kaum muslimin seperti Indonesia, IMF memaksa Aljazair melakukan liberalisasi radikal, memeras dengan bunga utang yang berlipat-lipat, serta ancaman-ancaman yang menyudutkan mereka agar tetap ‘setia’ kepada Prancis.

Kondisi ini semakin memperparah keadaan di Aljazair. Perekonomian menjadi hancur dan kondisi masyarakat semakin terpuruk. Kebobrokan terjadi di hampir segala aspek, termasuk budaya korupsi yang semakin mendarah daging.

Kondisi yang sangat menyedihkan akibat sistem sekular ini mendorong munculnya gerakan-gerakan Islam yang menyerukan kembali kepada ajaran dan aturan Islam. Sekularisme dianggap telah gagal dan berakibat buruk. Untuk itulah, jalan yang bisa menyelamatkan kaum muslimin hanyalah Islam. Gerakan-gerakan Islam ini menyuarakan bahwa Islam adalah solusi bagi setiap permasalahan. Ya, Islam is Solution, adalah opini-opini yang terus dibangun untuk mewujudkan Islam sebagai solusi bagi rakyat Aljazair.

Rakyat pun menyambut ajakan itu karena mereka menyaksikan dan merasakan sendiri, bagaimana sistem sekular telah gagal mensejahterakan rakyat. Apalagi negara ini pernah merasa bagaimana indah dan sejahteranya hidup di bawah naungan Islam, yakni saat mereka menjadi bagian dari negara Khilafah Islamiyah selama berabad-abad lamanya. Dengan kata lain, kaum muslimin Aljazair mulai merintis jalan Islam sebagai payung hukum di negara mereka.

Sayangnya, perjuangan untuk kembali kepada Islam ini, tidak semudah yang diharapkan. Kesulitan ini semakin terasa karena saat itu, arus demokrasi yang terjadi di negara-negara barat, berkembang pesat. Tentu saja, pemikiran demokrasi ini mempengaruhi rakyat dan pemerintah Aljazair. Benar saja, pengaruh demokrasi dari barat ini, semakin dirasakan oleh Aljazair.

Pada tahun 1980-an, pemerintah menjanjikan kebebasan politik yang lebih luas dan menawarkan sistem demokrasi untuk menanggapi ketidakpuasan rakyat. Untuk menyukseskan demokratisasi ini, pemerintah melakukan beberapa upaya politik seperti referandum nasional, revisi konstitusi yang menghapuskan sosialisme Aljazair, mengakhiri monopoli FLN sebagai partai pemerintah yang sifatnya tunggal, dan menawarkan sistem multipartai. Sebagai wujud kesukesan demokrasi ini, Aljazair menyelenggarakan pemilu nasional multipartai pada 26 Desember 1991. Ini adalah kali pertama Aljazair menyelenggarakan pemilu sepanjang sejarah.

Kemudian, kondisi politik dan sistem pemerintahan yang sudah berubah ini dipandang sebagai peluang emas oleh beberapa gerakan Islam, antara lain adalah FIS, salah satu partai berideologi Islam yang kemudian terjun ikut pemilu. Hasilnya memang sangat mengejutkan banyak pihak. FIS berhasil menang pada pemilu nasional putaran pertama. FIS memenangkan 47,54 persen suara atau mendapat 188 dari 231 kursi. Sisa kursi kemudian akan ditentukan dalam pemilu putaran kedua yang diyakini banyak pihak akan dimenangkan kembali oleh FIS.

Tentu saja, kemenangan FIS ini disambut gembira oleh kaum muslimin Aljazair. Terlebih, bagi mereka yang selama ini percaya bahwa jalan demokrasi bisa dijadikan sebagai wadah dalam merebut kekuasaan. Bisa dikatakan bahwa kemenangan FIS di Aljazair adalah sebuah kemenangan pertama gerakan Islam dunia yang terjadi lewat sistem demokrasi. Di beberapa negara seperti Indonesia, gerakan-gerakan Islam yang ikut pemilu hanya mendapat suara yang kecil. Terlebih saat ini, partai-partai yang berbasis Islam begitu banyak hingga tidak mampu menampung satu suara dalam satu partai.

Tidak lama setelah pemilu, kemenangan FIS menimbulkan kecaman dari kelompok-kelompok sekular. Mereka menganggap kemenangan FIS ini akan mengancam pemerintahan Aljazair. Dari anggapan itulah, muncul upaya-upaya dari beberapa kelompok yang tergabung sebagai lawan politik FIS, untuk menghentikan kemenangan FIS. Mereka menuduh FIS dan menyatakan bahwa partai ini telah membajak demokrasi untuk membangun pemerintahan fundamentalis Islam yang anti demokrasi. Mereka tidak memperdulikan soal kemenangan FIS yang menang secara demokratis.

Selanjutnya, dengan alasan mempertahankan keamanan dan stabilitas negara, militer dilibatkan oleh kelompok-kelompok yang menentang kemenangan FIS. Sebuah badan boneka militer kemudian dibentuk. Badan itu adalah Dewan Negara atau Dewan Keamanan Tertinggi. Sejak saat itulah, mulai terjadi penindasan terhadap FIS dan pihak-pihak yang dekat dengan FIS. Setelah memberlakukan keadaan darurat, hasil pemilu akhirnya dibatalkan. Sebagai puncaknya, FIS dinyatakan sebagai partai terlarang di Aljazair. Para pemimpin, anggota, dan orang-orang yang dicurigai sebagai simpatisan FIS, ditahan dan disiksa. Lembaga-lembaga sosial milik FIS ditutup, aset-aset mereka disita, dan ulama-ulama yang kritis diganti dengan ulama-ulama hasil binaan pemerintah.

Adapun sikap negara-negara barat terhadap kondisi di Aljazair saat itu, hanya sebatas komentar kosong. Jelas, mereka tentu saja mendukung upaya pemberangusan FIS meskipun partai ini nyata-nyata menang secara demokratis. Bagi Barat, demokrasi hanya berlaku jika menguntungkan kepentingan mereka. Sebaliknya, jika kemenangan sebuah demokrasi bisa menimbulkan ancaman bagi mereka seperti kemenangan partai yang bebasis Islam ini, maka mereka akan menghentikan kemenangan itu. Mereka tidak rela jika Islam memenangkan sebuah pemilu. Hal ini merupakan bukti nyata kebohongan demokrasi yang dikampanyekan oleh Barat. Singkatnya, demokrasi yang ditawarkan selama ini hanyalah sebuah kebebasan bersyarat yaitu tidak menjadikan Islam sebagai landasan hukum dan tidak mengganggu kepentingan barat. Titik!

Wajah Busuk Demokrasi
Sebagaimana sistem-sistem terdahulu seperti sekularisme atau sosialisme, ternyata demokrasi tidak lebih dari sekedar sistem yang dijadikan alat oleh negara-negara barat untuk merebut hati kaum muslimin, yang hakikatnya adalah menghancurkan Islam dan kaum muslimin itu sendiri.

Kita bisa melihat bagaimana kondisi Irak, Palestina, Afghanistan, dan negara-negara kaum muslimin lainnya, termasuk Indonesia. Jumlah kita sangat banyak, namun banyaknya jumlah itu ibarat buih di lautan. Sama sekali tidak menjanjikan kekuatan dan kejayaan Islam. Demokrasi yang dipilih, tidak lain hanya sebuah sistem yang tetap saja membatasi keinginan kaum muslimin secara utuh. Yang berkuasa tetaplah negara-negara yang menciptakan demokrasi. Adapun kita sebagai kaum muslimin, tidak lebih sebatas meramaikan kancah demokrasi.

Yang menjadi inti masalahnya hanya satu, yaitu jangan mengganggu kepentingan barat. Nah, selama ini Islam dipandang sebagai ajaran dan ideologi yang bisa mengancam kenyamanan negara-negara barat. Namun barat mengakui bahwa mereka akan sangat kesulitan jika menghancurkan Islam secara fisik seperti perang dengan senjata api. Untuk itulah, jalan pertama yang mereka tempuh adalah ‘merangkul kaum muslimin’ dalam sebuah wadah yang dinamakan demokrasi.

Untuk memudahkan penawaran demokrasi ini, mereka mengeluarkan ide-ide lainnya yang dirasa mampu menarik simpati kaum muslimin agar terjun kepada sistem demokrasi dan bekerja sama dengan barat. Ide-ide itu seperti kebersamaan, kerakyatan, kebebasan berpendapat, dan ide-ide lainnya yang sifatnya bisa diterima oleh semua kalangan manusia, entah itu muslim atau non-muslim.

Dalam demokrasi dinyatakan bahwa kekuasan sebuah negara berada di tangan rakyat. Suara rakyat bisa menentukan kekuasaan sebuah negara. Tentunya, suara rakyat ini adalah mutlak dan tidak bisa diganggu gugat. Kemudian setelah itu, tentu akan banyak para politisi Islam yang akan menilai bahwa demokrasi adalah jalan untuk menegakkan hukum Islam dengan cara yang relatif damai. Sayangnya mereka lupa, bahwa demokrasi sendiri diciptakan untuk mengelabui kaum muslimin agar bisa kerja sama dengan barat. Buktinya jelas, kalaupun ummat Islam -dalam hal ini tergabung dalam beberapa partai Islam- berhasil memenangkan pemilu -sebagai bagian dari demokrasi-, tentu kemenangan ini tidak akan menjadikan tegaknya hukum Islam di negara yang menyelenggarakan pemilu tersebut. Mengapa?

Alasannya hanya satu: Jika sebuah negara yang menganut sistem demokrasi menjadikan Hukum Islam sebagai payung hukum negara tersebut, maka hal itu sama saja melanggar sistem demokrasi. Karena pada hakikatnya, demokrasi itu berawal dari sebuah keragaman, apakah itu suku, bangsa, bahasa, atau agama. Kemudian keragaman itu tergabung dalam sebuah kebersamaan, yaitu satu hukum. Tentu saja, hukum yang dipilih adalah hukum yang mewakili semua keragaman itu. Bukan Hukum Islam.

Source: zonadiskusi.blogspot.com

ISRAEL, Militer Yang Tangguh?

Israel, sebuah negara ilegal yang telah berdiri di tanah milik kaum muslimin sejak tahun 1948, kini dipercaya bahwa negara tersebut adalah negara yang tidak tertandingi. Anehnya, mitos semacam ini tidak berasal dari Israel sendiri, namun didongengkan oleh para pemimpin kaum muslimin yang loyal kepada mereka serta orang-orang bodoh yang hanya ikut-ikutan saja.

Panggung pertunjukan militer Israel dalam peperangan melawan bangsa-bangsa Muslim di kawasan tersebut pada 1948, 1956, 1967, dan 1973, sudah lama dianggap sebagai bukti kehebatan militernya. Namun sesungguhnya, semua peperangan ini hanya sebuah cara mereka untuk mencaplok tanah-tanah kaum muslimin. Semua konflik militer dengan bangsa Arab, hanya sebatas cara agar mereka bisa membuat hubungan yang akrab antara Israel dan negara-negara Arab. Setelah mereka puas bertempur, maka mereka akan melakukan gencatan senjata atau bahkan perdamaian. Tentu hal ini akan berujung pada pengakuan kedaulatan Israel sebagai negara yang sah.

Rekayasa Perang 1948
Pemicu utama terjadinya perang 1948 adalah akibat diploklamirkannya negara Israel sebagai negara yang sah dan merdeka. Sejak itu pula, meletuslah sebuah perang yang melibatkan Israel dengan pasukan gabungan bangsa Arab. Saat itu, pasukan bangsa Arab mencapai kurang lebih 40 ribu tentara sedangkan Israel hanya sekitar 30 ribu.

Namun sangat tidak masuk akal, bagaimana negara-negara Arab dengan jumlah penduduknya yang hampir mencapai 40 juta orang ini tidak mampu mengalahkan tentara Israel dan orang-orang Yahudi yang hanya berjumlah sekitar 600 ribu orang saja. Ternyata memang, hampir semua pemimpin bangsa Arab saat itu, sudah dirangkul oleh Israel dan tidak berniat untuk mengusir mereka dari tanah Palestina.

Para pemimpin-pemimpin besar seperti Raja Abdullah dari Yordania, Raja Farouk dari Mesir, dan Mufti Palestina, adalah para pemimpin lemah yang sebelumnya selalu diperdaya oleh Inggris. Semua orang tahu bahwa Raja Abdullah dan Ben Gurion, Perdana Menteri Israel yang pertama menjabat, pernah sama-sama belajar sebagai mahasiswa di Istanbul.

Raja Abdullah sendiri pernah memiliki sebuah Legiun Arab –yaitu unit tentara terlatih yang berkekuatan 4.500 orang– yang dikomandani langsung oleh seorang Inggris yang bernama Jenderal John Glubb. Se-dangkan Glubb sendiri pernah meng-akui bahwa dirinya berada dalam naungan dan perintah kolonial Inggris meski ia memimpin tentara Arab.

Adapun Mesir, negara ini justru sengaja memperlemah serangannya ke Israel. Tindakan yang bodoh ini terjadi di saat Nakrashi Pasha, Perdana Menteri Mesir, sengaja tidak menggunakan unit-unit militer mereka, namun hanya mengirim tentara sukarelawan saja yang baru dibentuk pada bulan Januari pada masa perang itu. Tidak hanya itu, Yordania juga menunda keberangkatan tentara Irak di wilayahnya. Dengan kata lain, Yordania telah menahan diri dalam menyerang tentara Israel.

Meski disebutkan bahwa tentara Arab berjumlah hampir 40 ribu orang, namun hanya 10 ribu saja dari mereka yang benar-benar tentara terlatih. Israel berkekuatan 30 ribu orang tentara. Dari jumlah itu, 10 ribu adalah tentara pertahanan dan 20 ribu lainnya adalah penjaga pemukiman. Tentara Israel ini dibekali dengan persenjataan terbaru dan disokong oleh dana agen-agen Zionis di AS dan Inggris. Terlepas dari kesiapan Yahudi dalam perang itu, sikap yang tidak berani dari para pemimpin Muslim adalah faktor penentu jejak Yahudi di Palestina.

Perebutan Terusan Suez 1956
Apa yang terjadi saat itu, sebenarnya bukan konflik perang dalam mencapai kemerdekaan Palestina atas penjajahan Israel. Konflik ini hanyalah sebuah pergulatan kecil antara Amerika Serikat dan Inggris dalam mengendalikan terusan Suez yang memiliki arti penting dalam jalur perdagangan dunia.

Dalam upaya menanamkan pengaruhnya di Timur Tengah, Amerika menilai bahwa Mesir harus menjadi sekutu penting bagi Amerika. Melalui CIA, Amerika merekayasa sebuah kudeta untuk menjatuhkan Raja Farouk pada 1952 karena Raja Farouk adalah boneka Inggris yang berpengaruh di Mesir. Setelah itu, Amerika menempatkan sekelompok perwira yang dipimpin Gamal Abdul Nasser. Mike Copeland, kepala operasi CIA, menjelaskan bahwa CIA mem-butuhkan seorang pemimpin kharismatik yang akan mampu mengalihkan sikap Anti Amerika menjadi sikap Pro Amerika. Itulah kenapa Raja Farouk dikudeta oleh Nasser atas bantuan CIA karena CIA dan Nasser memiliki kesepahaman yang sama tentang Israel. Bagi Nasser, Israel bukanlah soal dan pembicaraan tentang Israel tidak ada sangkut paut dengan dirinya. Baginya, musuh utama Mesir adalah Inggris.

Pada tahun 1956, Nasser menjalankan pesan Amerika untuk melakukan nasionalisasi Terusan Suez. Apa yang dilakukan oleh Nasser ini tentu mendapatkan respon dari Inggris. Saat itu juga, Inggris melibatkan Perancis dan Israel ke dalam pertempuran melawan Mesir. Konflik Suez ini dijelaskan oleh Corelli Barnet di dalam bukunya ‘The Collapse of British Power’. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa Perancis marah kepada Nasser karena Mesir mem-bantu pemberontak di Aljazair, dan merasa memiliki Terusan Suez padahal Terusan Suez ini dibuat oleh Perancis. Adapun dengan Israel, sebelumnya Israel sudah kesal kepada Nasser karena blokade yang dilakukan Mesir atas Selat Tiran. Maka dari itulah, Sir Anthony Eden, Perdana Menteri Inggris saat itu, membuat skenario dengan Perancis dan Israel. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Israel akan menyerang Mesir melalui semenanjung Sinai. Di saat yang sama, Inggris dan Perancis akan menyerukan kepada Israel dan Mesir untuk menghentikan peperangan, atau mereka (Inggris dan Perancis) akan campur tangan dalam me-lindungi Terusan Suez.

AS dan Uni Soviet melakukan tekanan diplomatik untuk memaksa Inggris dan Perancis menarik diri. Besarnya tekanan internasional waktu itu, memaksa Inggris dan Perancis angkat kaki dan kehilangan jejaknya di Mesir. Amerika bertindak tegas dengan mengancam akan memberikan sanksi ekonomi kepada Israel jika mereka tidak menarik diri dari kawasan-kawasan yang diram-pasnya dari Mesir. Tentu saja, ancaman Amerika ini adalah sesuatu yang akan membawa malapetaka bagi Israel bila benar-benar terjadi. Setelah krisis Suez mereda, Amerika muncul sebagai kekuatan sentral yang menguasai Timur Tengah.

Perang 1967
Perang yang dikenal dengan Perang Enam Hari ini juga merupakan episode lain dari konflik Anglo-Amerika dalam memperebutkan pengaruh di kawasan Timur Tengah. Selama 11 tahun berlangsung, yakni sejak perang 1956, Inggris masih menyisakan sedikit pengaruh melalui para agennya di Yordania, Suriah, dan Israel. Sebagai langkah dalam memperlemah Nasser, Inggris sengaja menjebak Israel agar menarik Mesir, Suriah, dan Yordania ke dalam perang. Pada tanggal 5 Juni 1967, Israel melakukan serangan awal dan menghancurkan 60% kekuatan Angkatan Udara Mesir serta 66% mesin tempur Suriah dan Yordania.

Israel merebut Tepi Barat dan Yerusalem Timur dari tangan Yordania. Hanya dalam waktu 48 jam saja, Israel telah sepenuhnya menduduki seluruh kota di Tepi Barat. Dengan cara yang sama pula, Israel menduduki Dataran Tinggi Golan pada hari ke-6. Pasukan Suriah yang berada di Dataran Tinggi Golan mendengar sendiri berita jatuhnya kawasan Golan ke tangan Israel, padahal mereka jelas-jelas menduduki kawasan itu. Israel juga memberikan pukulan hebat kepada Nasser dengan mengambil alih Sharm El Sheikh dan mengamankan jalur perairan Selat Tiran dari blokade Mesir. Upaya memperlemah rezim Nasser pun tercapai, sehingga menambah pengaruh Inggris ke kawasan tersebut. Israel pun mampu memperluas wilayahnya.

Perang 1973

Perang yang dilancarkan Mesir dan Suriah kepada Israel pada awal Oktober 1973, menunjukkan bahwa tujuan yang hendak mereka capai bersifat terbatas dan sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan kemerdekaan Palestina. Tujuan perang yang sesungguhnya adalah memperkuat posisi Anwar Sadat dari Mesir dan Hafez al-Assad dari Suriah. Keduanya merupakan pemimpin yang relatif baru di masing-masing negara dan berkuasa karena kudeta. Terlebih bagi Sadat, secara khusus ia telah menduduki posisi yang rentan karena ia menggantikan posisi Nasser yang cukup kharismatik di Mesir.

Anwar Sadat sama sekali tidak berkeinginan mengalami perang dengan Israel. Itulah mengapa, ia mengajukan tawaran damai dengan Israel ketika tentaranya berada dalam posisi unggul di medan perang. Padahal semestinya, Mesir bisa mengalahkan Israel dan mengusir mereka dari Palestina jika benar-benar memiliki niat membebaskan tanah suci itu dari cengkeraman Yahudi.

Selama 24 jam pertama peperangan, Mesir memukul pertahanan Israel di Bar Lev, dengan hanya kehilangan 68 orang tentara. Sementara 2 divisi Suriah dan 500 tanknya menyapu ke arah Dataran Tinggi Golan dan menduduki kembali kawasan-kawasan yang direbut pada 1967. Dalam dua hari peperangan, Israel telah kehilangan 49 pesawat dan 500 tank. Di tengah kecamuk perang, Sadat mengirimkan pesan kepada Menteri Luar Negeri Amerika, Henry Kissinger, dengan mengatakan bahwa tujuan perang tersebut adalah mencapai perdamaian di Timur Tengah sepenuhnya. Maksudnya adalah, Mesir ingin menunjukkan kekuatannya dan menjadi penjaga kedamaian di Timur Tengah atas komando PBB dan Amerika dan sama sekali tidak berniat menghapuskan Israel dari peta dunia.

Demikian, peperangan demi peperangan antar bangsa Arab dengan Israel selama ini adalah sebuah gambaran yang menunjukkan bahwa para pemimpin kaum muslimin belum pernah serius, atau bahkan tidak serius, memerangi Israel demi kemerdekaan Palestina. Yang terjadi selama ini hanyalah pengkhianatan para pemimpin bermuka dua yang telah bergandengan tangan dengan Israel. Masing-masing perang dilancarkan demi tujuan tertentu, dan tidak ada satu pun yang dilancarkan demi kebebasan Palestina dari penjajahan Israel.


Source: zonadiskusi.blogspot.com

Monday 22 March 2010

ROTARY CLUB, Zionisme Berkedok Kemanusiaan

Pada tahun 1905 di Chicago, Amerika Serikat, berdiri sebuah perkumpulan yang notabene bergerak untuk memberikan jasa kemanusiaan, membangun kesadaran etika yang tinggi dan menciptakan kebersamaan juga kedamaian. Anggotanya terdiri dari para pemimpin bisnis dan kaum profesional. Misinya terangkum dalam motto, “Service Above Self” (Pelayanan kepada yang lain lebih utama daripada kepentingan diri sendiri).

Paul Harris, pendiri yang juga seorang pengacara, dibantu kawan-kawannya sanggup membawa perkumpulan tersebut dari tataran komunitas lokal menjadi organisasi yang bertaraf internasional, hanya dalam jangka waktu 6 tahun sejak didirikan. Itulah Rotary Club (RC). Tahun 1911, RC memindahkan pusat kegiatannya ke Dublin, Irlandia. Tahun 1921 RC membuka cabang (distrik) di Madrid, Spanyol. Di tahun yang sama pula berdiri cabang RC di Palestina. Disusul Maroko dan Aljazair pada tahun 1930. Perkembangan ini dibarengi dengan meningkatnya jumlah anggota. Terhitung hingga tahun 1947 anggota RC telah mencapai 327.000 orang. Pada periode 2006-2007 membengkak menjadi, kurang-lebih,1.200.000 anggota yang tersebar di 168 negara.

RC merupakan organisasi tanpa sekretariat. Keanggotaannya hanya terbatas melalui undangan dari seorang Rotarian (sebutan bagi anggota RC) kepada para pemimpin bisnis dan profesional yang bekerja dalam berbagai bidang. Setiap klub hanya mempunyai satu anggota yang mewakili satu bidang pekerjaan.

Rotary Club Indonesia

Rotary Club pertama di Indonesia didirikan pada tahun 1927 di Yogyakarta. Hingga tahun 1941 telah ada 26 klub dengan 219 anggota. Kegiatan Rotary dihentikan pada masa Perang Dunia II dan dilanjutkan kembali pada tahun 1946. Hingga tahun 1961 jumlah klub mencapai 17 dengan anggota sebesar 533 orang. Kegiatan klub kembali terhenti dari tahun 1961-1970. Sejak saat itu, Distrik 3400 (sebagaimana Rotary Club Indonesia dikenal) telah berkembang hingga mempunyai 87 klub dan 1.850 anggota.

Seorang tokoh Rotary Club (RC) Indonesia, yang jika dilihat namanya, niscaya ia seorang Muslim. Orang ter-sebut adalah ”Governor 1992 International District 3400” TR. Tjoet Rahman. Dalam rubrik Komentar majalah Tempo (18 Juli 1992), Tjoet Rahman mencoba meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa Rotary Club adalah murni sebuah organisasi kemanusiaan dan tidak ada kaitan dengan freemasonry.

Tjoet Rahman menjelaskan, Motto RC: Service above self, bakti tanpa pamrih. Caranya bukan seperti sinterklas yang mengedrop harta untuk orang-orang miskin, melainkan melalui empat alternatif:

• Club Service, bertujuan mening-katkan persahabatan antar-anggota.
• Vocational Service, kegiatan yang antara lain meningkatkan etik kerja, menghargai pekerjaan yang berguna, dan memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilan individu untuk mengatasi kesulitan masyarakat.
• Community Service, kegiatan yang dapat memperbaiki cara dan taraf hidup masyarakat.
• International Service, menjalin kerjasama dengan Rotary Club di deluruh dunia.

Jadi, usaha RC bukan hanya sekedar menjadi sinterklas. Dan tanggungjawabnya terlalu berat untuk ”para kapitalis yang hobinya berhura-hura”. Tjoet Rahman hendak mengesankan bahwa organisasinya itu eksklusif. Padahal di daerah, pengusaha yang sudah bangkrut pun diterima menjadi anggota. Di jakarta pun banyak pensiunan pegawai negeri yang jadi anggota RC. RC, sebagaimana Lions Club, berupaya mencari anggota sebanyak-banyaknya untuk dijadikan target audiences, sasaran propaganda Zionis.

Mereka yang berperilaku anob, sok kebarat-baratan, merupakan sasaran empuk jaringan Rotary dan Lions Club International. Untuk kemudian pada tingkat tertentu, tanpa atau dengan kesadaran yang bersangkutan menjadi bagian dari network lobi Yahudi.

Antara Rotary Club dan Gerakan Freemasonry
Sebagian kaum muslimin mungkin asing dengan Freemasonry, atau dengan RC itu sendiri, hingga tidak bisa menemukan hubungan antara keduanya. Akibatnya bisa timbul penolakan atas eksistensi, atau paling tidak, menganggap bahwa keduanya adalah organisasi yang berdiri sendiri, terpisah satu dengan lainnya. Memang secara logika, tidak mungkin sebuah lembaga kemanusiaan tanpa pandang bulu seperti RC berafiliasi dengan sebuah organisasi pendengki semacam Freemasonry. Sebuah organisasi yang sejarahnya banyak dilumuri oleh darah kaum muslimin.

Untuk membuktikan bahwa RC dan Freemasonry adalah setali tiga uang, maka kita perlu mengetahui lebih dulu apa itu Freemasonry. Sekilas saja, Freemasonry adalah gerakan rahasia tertua (namun beberapa tahun belakangan ini mereka sudah berani muncul ke permukaan) yang masih eksis hingga kini. Awalnya hanyalah sebuah gerakan bathiniah. Namun pasca kepemimpinan Nabi Sulaiman , Bani Israil menjadi bulan-bulanan kerajaan-kerajaan lain. Silih berganti penjajah datang merongrong bangsa Israil, mulai dari Assiria, Babilonia, Masedonia hingga Romawi. Penjajahan membuat banyak dari mereka terpaksa keluar dari negerinya. Penindasan ini mengakibatkan Freemasonry berubah menjadi gerakan politik pembebasan.

Lalu apa hubungannya dengan RC?! Kita awali dari ditugaskannya seorang Freemason asal Jerman bernama Tasfaac pada tahun 1784, untuk menyusun kembali program Weiz Howigt (seorang pendeta Kristen terkemuka dan profesor Theologi pada universitas Angold Stadt di Jerman. Murtad dari agamanya, kemudian mengikuti faham Atheisme. Lalu tokoh-tokoh Yahudi Jerman memutuskan Weiz Howight sebagai seorang cendekiawan yang paling tepat untuk dimanfaatkan, demi kepentingan Yahudi). Kemudian program tersebut dituangkan dalam bentuk buku yang diberi nama "Program Asli yang Unik." Program ini sendiri digulirkan untuk menguasai dunia, yaitu dengan meletakkan paham Atheisme dan menghancurkan seluruh umat manusia dengan cara menyalakan api peperangan.

Buku tersebut kemudian dikirim melalui utusan khusus kepada beberapa tokoh Yahudi di Paris, Perancis. Ditengah perjalanan, di sebuah kota kecil antara Frankfurt dan Paris, sang utusan tewas tersambar petir. Ketika mengadakan pemeriksaan, pasukan keamanan mendapati dokumen penting tersebut di kantong mantelnya. Dokumen tersebut segera disampaikan kepada yang berwajib di kerajaan Jerman.

Penguasa Jerman mempelajari dokumen tersebut dengan penuh perhatian. Sadar akan bahaya yang mengancam, pemerintah Jerman segera mengeluarkan instruksi kepada pasukan keamanan untuk menduduki sarang Freemasonry The Grand Eastern Lodge. Demikian pula nama-nama yang terdapat dalam dokumen ter-sebut tidak luput dari penggerebekan pasukan keamanan. Di kediaman me-reka itu pula ditemukan dokumen penting lainnya mengenai program Yahudi.

Peristiwa kebocoran rahasia ini di-jadikan pelajaran berharga oleh perkumpulan konspirasi Yahudi. Mereka merubah alur strategi. Kegiatan mereka selanjutnya banyak dialihkan ke dalam perkumpulan Freemasonry yang lain, yang disebut The Blue Masonry, dengan tujuan mendirikan sebuah or-ganisasi Masonry di dalam Masonry itu sendiri. Maka muncullah RC. Untuk menutupi rencana jahatnya, dibungkuslah RC dengan kain kemanusiaan.

Berkaca dari peristiwa kebocoran itu pula, Freemasonry melakukan seleksi ketat dalam merekrut anggota. Begitu pula dengan RC. Walaupun tidak seketat induknya, tetap saja keanggotaan tidak bisa didapat hanya sekedar mengisi formulir dan membayar biaya administrasi. Dari sisi filosofi, RC dan Freemasonry, sama. Dalam Khoms Kanon (Asas Freemasonry), salah satunya berbunyi; “Gerakan Freemasonry adalah gerakan kemanusiaan. Dengan Freemasonry manusia dapat tolong-menolong dalam kebaikan tanpa membedakan ras, agama, suku dan paham. Freemasonry adalah lembaga kemanusiaan yang menyeru kepada etika dan keutamaan. Freemasonry menyerukan kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan.” Asas ini biasa disebut dengan Humanisme.

Pernyataan dibawah ini jelas sama dengan asas Humanisme. Dikutip dari situs www.rotaryd3400.org, situs RC Indonesia, disebutkan; “Rotary adalah tentang manusia yang mencintai se-sama, siapapun dan dimanapun mereka. Rotary memungkinkan kita mengekspresikan cinta kasih kita dan membagikannya.” Kemudian di harian “Kedaulatan Rakyat” terbitan 10 Desember 2007 tertulis, “Sebagai organisasi sosial nirlaba dengan jaringan internasional antar Rotary Club diseluruh dunia saling bekerja sama untuk membantu di bidang kemanusiaan tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras dan golongan.”

Asas Humanisme diterapkan tidak lain adalah untuk mengikis loyalitas terhadap agama, mengubur karakteristik bangsa-bangsa. Dampaknya, pribadi-pribadi akan kehilangan identitas dan harga diri serta hidup dalam kebimbangan. “Humanisme harus kita jadikan sebagai tujuan selain dari Allah. Jadikan kemanusiaan itu sebagai Tuhan untuk disembah. Bentuklah etika kemanusiaan sebagai pengganti etika agama. Tidaklah cukup bagi kita (Yahudi) hanya mengalahkan mereka (para pemeluk agama) dan peribadatannya dengan humanisme sejati, melainkan dengan humanisme harus dapat memusnahkan mereka itu” (Notulen Kongres Freemasonry Begardo 1911 dalam Asrar Masuniah)

Keterkaitan RC dengan Freemasonry semakin nyata tatkala pendirinya, Paul Harris, ternyata seorang Yahudi. Walaupun dia pernah menyanggah keterlibatannya dalam Free-masonry, tapi dia tak bisa menyangkal kalau dia terdaftar sebagai anggota Liberty Masonic Lodge #301 (Rumah ritual/pertemuan Freemasonry). Dan banyak pula Rotarian pada masa-masa awal berdirinya adalah seorang Freemason. Begitu juga dengan piagam-piagam RC, banyak tersimpan di gedung-gedung dan kuil Mason.

Larangan Bergabung Menjadi Anggota RC

Bagi orang awam, RC tidak lebih dari sebuah perkumpulan yang universal, peduli dengan kemanusiaan, dan ingin memajukan kesejahteraan dan perdamaian tanpa membedakan ras dan agama. Untuk menyelamatkan umat dari cengkraman Yahudi, para fuqoha (ulama) mengeluarkan fatwa larangan orang-orang Islam untuk bergabung dengan Rotary Club. Fatwa ini dikeluarkan tanggal 15 Juli 1978 dalam muktamar yang diselenggarakan di Mekkah.

Fatwa Seputar Hukum Berafiliasi Kepada Gerakan Frimasonry

Al-Mujamma’ Al-Fiqhiy

Segala puji bagi Allah, shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah , keluarga besar, para shahabat serta orang-orang yang berjalan di bawah petunjuk beliau . Amma ba'du.

Berdasarkan sejumlah tulisan dan teks yang telah diteliti darinya, al-Mujamma’ telah mendapatkan gambaran yang jelas dan tak dapat diragukan lagi sebagai berikut.

…sampai kepada….
[10]. Organisasi ini (Freemasonry) memiliki banyak cabang yang memakai nama-nama lainnya untuk mengecoh dan mengalihkan perhatian orang sehingga ia bisa melakukan aktifitas-aktifitasnya dibawah nama-nama yang beragam tersebut tanpa mendapatkan penentangan. Cabang-cabang terselubung dengan nama-nama yang beragam tersebut, di antaranya organisasi hitam, Rotary Club, Lion Club, dan prinsip-prinsip serta aktifitas-aktifitas busuk lainnya yang bertentangan dan bertolak belakang secara total dengan kaidah-kaidah Islam.

Oleh karena itu dan berdasarkan informasi-informasi lain yang rinci tentang kegiatan freemasonry, bahayanya yang besar, pengelabuannya yang demikian busuk dan tujuan-tujuannya yang licik, al-Mujamma’ al-Fiqhiy memutuskan untuk mengang-gap Freemasonry sebagai organisasi paling berbahaya yang merusak Islam dan kaum Muslimin. Demikian pula, siapa saja yang berafiliasi kepadanya secara sadar akan hakikat dan tujuan-tujuannya maka dia telah kafir terhadap Islam dan menyelisihi para penganutnya. Wallahu Waliy At-Taufiq.. (Kumpulan Fatwa Islam dari sejumlah Ulama, Jilid 1, hal, 115-117)

Larangan untuk bergabung dengan klub tersebut ternyata tidak dikeluarkan oleh para fuqoha dari kalangan Islam saja, namun juga dilakukan pula oleh Dewan Agung Vatikan pada tanggal 20 Desember 1950. Bahkan, pada tahun 1981 dikeluarkan larangan yang lebih keras dengan menyatakan bahwa orang-orang yang bergabung dalam perkumpulan freemasonry atau organisasi lainnya yang serupa (RC, Lion Club, B’Nai Birth Club, dll) merupakan sikap yang memusuhi gereja dan tidak menerima larangan gereja. (M. Fahim Amin, Darul Fikri al-Arabi: 1991)


Source: zonadiskusi.blogspot.com

Sunday 21 March 2010

Di Balik Ilmu Tenaga Dalam

Betapa takjubnya kita ketika melihat seseorang yang tidak dapat terluka ketika ditebas senjata tajam, tidak terluka ketika disiram dengan minyak panas, bisa menyembuhkan penyakit hanya dengan sentuhan, melalui telepon dan juga email, bisa melindungi diri sendiri dari mara bahaya, bisa menangkal hujan, bisa menemukan barang hilang, bisa memukul lawannya dari jarak yang cukup jauh dan tanpa menyentuh sedikitpun lawannya, dan sederet kelebihan dari tenaga dalam yang dimiliki seseorang. Namun, apa sebenarnya tenaga dalam itu?

Di tengah masyarakat kita, kini menjamur berbagai perguruan tenaga dalam yang menjanjikan beragam kesaktian mandraguna, kemampuan mengobati berbagai penyakit ringan maupun berat, dan berbagai kelebihan lainnya. Dikemas dalam berbagai atraksi kesaktian di televisi, dibumbui dengan wirid-wirid dan bacaan-bacaan ayat tertentu, dan diiklankan secara luas melalui media massa, cetak dan elek-tronik.

Sihir berjudul "Tenaga Dalam"
Berbagai macam teori dibuat untuk mengelabui orang awam sehingga dapat diterima masyarakat. Mereka mengatakan bahwa tenaga dalam adalah satu aliran tenaga yang memang terdapat dalam tubuh manusia. Ia akan mengaktifkan sel darah putih dan sel darah merah untuk menghasilkan satu getaran saraf yang akan mewujudkan tenaga di luar kemampuan biasa. Tenaga baru ini mereka sebut 'super power.'

Teori lain untuk melegitimasi tenaga dalam adalah: Pertama, para praktisi tenaga dalam menjadikan senam pernapasan untuk membangkitkan tenaga dalam, kemudian menyajikan konsepnya secara ilmiah. Hal ini dilakukan agar bisa membujuk masyarakat yang cukup terpelajar agar mau ikut perguruan mereka. Kedua, tenaga dalam dikaitkan dengan alam ghaib, sasarannya adalah masyarakat yang masih suka dengan halhal yang berbau klenik dan benuansa supranatural.

Mengilmiahkan Tenaga Dalam
• Pertama: mereka mengatakan bahwa tenaga dalam berasal dari impuls listrik yang dihasilkan oleh ATP (adenosine triphosphate) sebagai senyawa yang menyimpan energi tubuh, terjadi akibat pembakaran oksigen dalam tubuh. Dalam sel, energi digunakan un-tuk mensintesis molekul baru, kontraksi otot, konduksi saraf, menghasilkan radiasi energi yang menghasilkan pancaran sinar. Medan listrik dapat diperbesar hingga menghasilkan energi listrik tubuh (bioelektris) bila elektron bergerak lebih cepat secara teratur. Energi atau tenaga dalam inilah yang diolah dan dikembangkan para ahli tenaga dalam untuk menyembuhkan penyakit. Mereka berpendapat, “Segala yang ada di alam semesta merupakan manifestasi energi, seperti gravitasi, dan gelombang magnet, serta energi matahari.”

• Kedua: tenaga dalam adalah energi biolistrik tubuh yang diolah dengan senam pernapasan hingga voltase bio-listrik tubuh meningkat lebih besar dari normal. Setiap listrik akan menghasilkan medan listrik yang besar jika dirangsang dengan menyedot napas, lalu ditahan di dada atau perut, maka medan biolistrik akan membesar.

Menurut dua teori yang hampir sama ini, orang yang beremosi tinggi maka voltase biolistriknya akan naik dan berarti medan biolistriknya memancar lebih besar dari biasanya. Sesuai dengan hukum alam, listrik yang bermuatan sejenis akan saling tolak-menolak. Begitu juga dengan biolistrik manusia, bila dikontakkan akan saling tolak-menolak. Maka dengan niat dan konsentrasi, mereka bisa mementalkan musuh yang emosi, dengan medan biolistrik mereka yang lebih besar karena sudah dilatih.

Tenaga Dalam Sebagai Ilmu Karamah
Tenaga dalam yang dikaitkan dengan ilmu karamah, ditujukan bagi orang-orang yang memiliki keyakinan kuat dengan hal-hal yang bersifat ghaib dan masyarakat yang mempercayai klenik. Jika dia beragama Islam, maka akan dikatakan bahwa tenaga dalam tersebut berasal dari para wali, atau dari kekuatan khadam. Jika beragama Hindu, Budha atau Taoisme, maka tenaga dalam berasal dari kekuatan puja mantra para dewa-dewi, tenaga dalam berasal dari energi prana, chi, atau ki yang dihisap dan dikumpulkan ke cakra solar pleksus. Tenaga dalam berasal dari cosmik negatif cakra dasar dan kosmik positif cakra mahkota, tenaga dalam berasal dari energi kundalini.

Terkadang perguruan tenaga dalam menggunakan dua macam pendekatan sekaligus untuk dapat menarik minat seluruh anggota masyarakat dari berbagai macam tingkat strata kehidupan atau pun dari berbagai macam agama dan kepercayaan agar dapat masuk menjadi anggota perguruan.

Perguruan senam pernapasan tenaga dalam terbagi dalam dua aliran:

• Pertama, bernafaskan keagamaan yang bersifat ekslusif –(hanya agama dan kepercayaan tertentu yang dapat menjadi anggotanya). Biasanya menggunakan ritual keagamaan sebelum dan pada saat latihan tenaga dalam. Jika perguruan tenaga dalam tersebut berbasis agama Islam, akan mewajibkan anggotanya menggunakan ama-lan, wirid dan puasa selama mem-pelajari tenaga dalam. Jika perguruan tenaga dalam itu berbasis agama Hindu, Budha atau Thaoisme maka menggunakan puja mantra pada dewa-dewi atau Budha, membakar hio dan lain sebagainya.

• Kedua, yang berbasis senam dan olah nafas saja tanpa ada unsur eksklusifisme agama di dalamnya, hingga semua agama masuk menjadi anggota perguruan. Dalam pelaksanaan latihannya boleh menggabungkan dengan ritual agama yang diyakininya.

Di antara tujuan perguruan tenaga dalam ketika mengajarkan senam pernapasan adalah:


• Penyebaran ajaran agama atau kepercayaan tertentu.
• Mengajarkan teknik-teknik tenaga dalam untuk perlindungan diri, kesehatan tubuh, baik secara fisik, psikis ataupun spiritual.
• Mempererat tali persaudaraan.
• Tujuan bisnis semata, terkadang merugikan anggotanya dengan persyaratan yang memberatkan secara finansial dan lain sebagainya.


Cara membangkitkan tenaga dalam

Kaidah yang pertama adalah pernafasan. Kedua, pembinaan kekuatan pikiran. Akan tetapi sebelum itu seseorang perlu dibukakan cakranya terlebih dahulu oleh seorang guru yang memiliki tenaga dalam yang besar.

Asas membangkitkan tenaga dalam antara lain:
• Pertama, keyakinan. Ketika seseorang hendak belajar tenaga dalam, harus memiliki keyakinan tentang adanya tenaga dalam. Cara menumbuhkan keyakinan ini adalah dengan mem-berikan sugesti pada diri sendiri.
• Kedua, konsentrasi. Yaitu melupakan segala masalah-masalah keduniaan menuju satu hal saja.
• Ketiga, kemauan. Karena dengan kemauan yang kuat inilah seseorang akan kotinu dalam mempelajari tenaga dalam.
• Keempat, ketekunan. Ketekunan dalam latihan akan semakin memudahkan seseorang mendapatkan tenaga dalam.
• Kelima, keajaiban pikiran. Salah satu efek tenaga dalam, sebagaimana yang diakui para praktisinya, adalah bisa menajamkan pikiran. Bahkan yang lebih ekstrim, bisa mengendalikan pikiran orang lain dan mengetahui hal-hal ghaib.

Kesesatan Tenaga Dalam
Sering kali khalayak ramai bertanya, apakah tenaga dalam itu benar-benar ada? Apakah tenaga dalam itu murni olah tubuh atau ada unsur makhluk halus di dalamnya? Apakah tenaga dalam itu bisa membuat kita sehat baik secara fisik dan psikis? Apakah tenaga dalam bisa meningkatkan spiritualitas kita? Sesuai-kah senam pernapasan tenaga dalam itu dengan syari’at Islam?

Terkadang kita tertipu dengan istilah tenaga dalam yang rancu penjabarannya. Jika ‘tenaga dalam’ yang dimaksud adalah hasil pembakaran zat-zat makanan dalam tubuh hingga menjadi energi untuk kekuatan dan kelangsungan kesehatan tubuh, itu bisa kita terima, karena istilah ‘tenaga dalam’ tersebut adalah energi yang didapat dari zat-zat makanan yang kita makan tanpa ada unsur metafisika. Akan tetapi jika tenaga dalam tersebut bisa mementalkan orang, bisa membuat kebal, bisa meringankan tubuh, bisa menyakiti orang lain lewat gerak dan fungsi jurus yang telah kita latih, tentu berbeda jauh dan tidak bisa disamakan dengan ‘tenaga dalam’ dari hasil “pembakaran” zat-zat makanan.

Begitu pula dengan istilah tenaga dalam yang berasal dari energi listrik tubuh, ini pun sebuah penipuan. Teori tubuh kita mempunyai impuls-impuls listrik sejauh ini memang telah dibuktikan oleh ahli biologi modern, dengan impuls-impuls listriklah syaraf-syaraf dapat bekerja dengan baik untuk menyampaikan pesan dari tubuh ke otak dan sebaliknya. Tetapi, jika dikatakan bahwa senam pernapasan bisa melipatgandakan energi listrik tubuh hingga bisa menjadi 'tenaga dalam,’ maka ini terlalu mengada-ada dan mencari pembenaran saja. Sebab, seluruh kerja sistem fisiologis dalam tubuh selalu berada pada keseimbangan. Sistem kerja impuls listrik atau syaraf tubuh manusia tidak bisa direkayasa lagi dan sama sekali tidak ada penelitian ilmiah yang bisa membuktikan bahwa listrik tubuh bisa direkayasa untuk mementalkan seseorang, kecuali hanya dugaan belaka.

Pemanfaatan energi ghaib yang diistilahkan dengan tenaga prana, chi, ki, manna, ruah, energi Ilahi atau karamah dari luar tubuh yang kita serap untuk memperoleh tenaga dalam dari hasil pernapasan, harus kita koreksi kebenarannya. Sekarang ini sudah ada yang berusaha untuk bisa membuktikan atau mengklaim eksistensi energi ghaib, melihat aura bahkan ruh dengan menggunakan peralatan modern, seperti dengan menggunakan foto aura.

Di Grand ITC Permata Hijau, Jakarta Selatan, ada toko bertuliskan “Xing Passion Reflexiology & Aroma-therapy”. Toko itu mempunyai Aura Video Station dari Jerman seharga sekitar US$ 25.000 (dengan kurs sekarang sekitar Rp 225 juta). Harga tersebut termasuk satu paket software lengkap dengan beberapa peranti tambahan, seperti kartu PC dan kamera. Cara penggunaannya, tubuh seseorang harus menghadap ke arah sebuah kamera di atas layar monitor, lalu seluruh ujung jari dimasukkan ke sebuah alat berbentuk seperti telapak tangan. Alat tersebut terbuat dari logam dan langsung terhubung ke PC.

Setelah software Aura Video Sta-tion diaktifkan, wajah dan aura langsung terlihat. Tidak hanya itu, cakra yang ada dalam diri seseorang pun nampak. Apakah benar suatu hakikat bahwa Aura Video Station bisa membuktikan bahwa yang nampak pada layar monitor adalah aura atau lapisan tubuh bahkan cakra-cakra manusia?

Kajian ilmu pengetahuan metafisika sekarang ini mengenai lapisan tubuh halus, aura tubuh, atau sinar energi adalah asumsi lama tentang teori sinar yang telah dibantah oleh Albert Einstein dengan teori relatifitasnya, sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Abdul Muhsin Shalih di dalam bukunya al-Insan al-Hair baina al-Ilam al-Khurafah. Beliau menyajikan argumentasi-argumentasi ilmiah dengan dilengkapi foto yang mengungkapkan bahwa perkiraan berhasilnya foto aura dalam memotret atau melihat ruh adalah kesalahan atau bentuk penipuan ilmiah. Sebenarnya pengilmiahan tenaga dalam hanyalah kamuflase pelegitimasian agar bisa diterima oleh khalayak ramai.

Kemampuan ajaib yang dimiliki seseorang yang berlatih tenaga dalam seperti kebal, bisa mematahkan besi dragon, memecahkan botol yang su-dah diisi air, menaiki kertas koran dan aktraksi-atraksi lainnya terbagi tiga. Pertama, hanya berdasarkan trik-trik semata. Kedua, memang menggunakan unsur makhluk ghaib (jin). Ketiga, gabungan diantara keduanya.

Setiap aliran tenaga dalam mempunyai gerakan dasar yang sama dan terbagi dalam 10 jurus, dalam sepuluh jurus itu bisa digabung dan dijadikan jurus baru. Dapat disimpulkan bahwa senam pernapasan tenaga dalam mempunyai asal usul yang sama, walaupun dalam setiap aliran tenaga dalam mengklaim sumber ajaran tenaga dalamnya berbeda-beda dan saling mengunggulkan setiap alirannya masing-masing.

Ada syubhat bahwa setelah masuk dan berlatih senam pernapasan tenaga dalam, tubuh menjadi sehat, secara psikis menjadi lebih tenang dan lebih dekat pada Tuhan. Dengan berlatih senam yang menggunakan olah pernapasan, tubuh kita memang menjadi sehat karena mematikan unsur negatif seperti virus dan bakteri, menetralkan zat kimia dalam tubuh, serta membantu memper-lancar suplai oksigen ke sel syaraf sehingga sel dapat berfungsi semestinya. Sel syaraf yang sehat berperan penting dalam mengaktifkan organ dan sel tubuh lainnya, dengan tubuh yang sehat maka kita akan bisa berfikir dengan jernih, dengan berkumpulnya bersama anggota masyarakat lain tentunya secara psikis juga kita lebih sehat karena bisa bersosialisasi dengan baik terhadap anggota masyarakat yang sama-sama ikut senam pernapasan.

Akan tetapi senam pernapasan sangat luas pengertiannya, seperti joging atau lari pagi, senam kesegaran jasmani, jalan santai dengan menggerak-gerakkan tubuh lalu menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkan-nya pelan-pelan tentu menyehatkan. Sedangkan jika berlatih senam pernapasan tenaga dalam selain ingin mendapatkan kesehatan dan disertai dengan niat mendapatkan suatu kekuatan tertentu yang bersifat ghaib, hal inilah yang mesti diwaspadai. Haki-kat keghoiban hanya milik Allah semata dan hanya diberitakan kepada Rasul yang diridoi-Nya. Allah menyatakan dalam firmannya:

”(Dia adalah Tuhan) Yang Me-ngetahui yang ghoib,maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu itu kecuali kepada Rasul yang diridoi-Nya,maka sesungguhnya Dia mengadakan pen-jagaan (malaikat) di hadapan dan di-belakangnya.”(QS. Jin: 26-27)


Dari penjelasan ayat ini maka jika kita melakukan senam pernapasan dengan niat untuk mendapatkan ke-kuatan ghaib, seperti berlatih jurus satu untuk membuat benteng diri, jurus dua untuk menundukkan lawan, jurus tiga untuk mementalkan lawan, jurus empat untuk membuka pagar betis lawan, jurus lima untuk memutarkan lawan, jurus enam untuk mengunci lawan, jurus tujuh untuk menarik lawan atau menarik sesuatu yang bersifat ghaib, jurus delapan untuk mematikan lawan jurus sembilan untuk membuka pagar ghaib lawan, jurus sepuluh untuk menarik energi alam semesta. Dari fungsi jurus-jurus itu dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan sesuai dengan kehendak penggunanya, semua itu adalah prilaku bid’ah dan sangat menyesatkan.

Ketika meniatkan diri untuk menarik kekuatan tertentu pada saat menarik nafas dengan gerak jurus, menahan nafas dengan niat mengumpulkan atau membentuk suatu jenis energi atau kekuatan ghoib entah itu diistilahkan dengan Energi Ilahi, prana, chi, ki, bioenergi, karomah dan yang lainnya, maka pada saat itulah kita sadar atau tidak sadar membuka diri untuk dimasuki unsur makhluk ghoib, khodam, hantu siulian (dalam aliran tenaga dalam Cina dikatakan bahwa hantu siulian dapat membantu mem-peroleh kekuatan ghaib). Hingga makhluk itu membantu manusia sesuai dengan fungsi jurus yang diinginkannya. Dan inilah salah satu bentuk sihir sebagaimana Ibnul Qoyyim mengatakan: “Sihir adalah persenyawaan dari berbagai pengaruh ruh-ruh jahat dan interaksi kekuatan-kekuatan alam dengannya.” (Zadul maad: IV/127) Maksudnya adalah makhluk-halus itu masuk ke tubuh manusia dan membantu menjalankan sihir melalui prasarana alam seperti udara, aliran darah, reaksi fisiologis tubuh dari rekayasa ilmiah yang dilakukan jin dan setan. Hal ini bisa dilihat pada seseorang yang mempunyai ilmu kebal dengan bantuan jin dalam merekayasa dan memadatkan molekul tubuh manusia.

Aturan main dalam menggunakan tenaga dalam

Latihannya harus menggunakan emosi. Rahasia mereka ketika mempraktekkan tenaga dalam adalah musuhnya harus marah, sebab dengan marah tersebut syaithan bisa masuk dalam tubuh musuhnya sehingga bisa dipengaruhi jurus tenaga dalam, bukan karena listrik tubuh, energi yang dipancarkan ataupun alasan-alasan lainnya.

Hal ini diperkuat oleh pernyataan para praktisi tenaga dalam bahwa jurus akan berfungsi penuh dan sempurna jika lawan dalam keadaan emosi. Jadi bukan karena energi tenaga dalam musuh yang sedang emosi dapat ditaklukkan dengan fungsi jurus-jurus tertentu, tetapi khodam (jin) jurus itulah yang langsung merasuk ke dalam tubuh lawannya yang sedang dalam keadaan emosi menuju otak-nya hingga lawannya bisa dia permainkan dengan fungsi jurus tenaga dalam.

Ketika latihan, mereka sering tidak sadar, terutama ketika sedang mempraktekkan jurus mereka, biasanya ada pada jurus putar, atau pada saat diharuskan emosi untuk praktek tenaga dalam.

Hal ini sama saja dengan sengaja membuat diri menjadi tidak sadar dan hal ini tidak dibenarkan dalam Islam, sebab Islam me-nganjurkan kita untuk senantiasa menjaga akal kita sehingga bisa senantiasa berdzikir ke-pada Allah .

Kadang disertai dengan puasa mutih (tidak boleh makan kecuali yang putih-putih), pati geni dan prosesi puasa bid’ah lainnya. Hal ini tidak ada syari’atnya dalam Islam. Atau untuk menjaga ilmunya dia harus menghindari pantangan-pantangan tertentu yang sebenarnya hal itu dihalalkan baginya sebelum dia memiliki ilmu tenaga dalam tersebut. Dan ini berarti mengharamkan yang dihalalkan Allah .

Sebuah nasihat
Pernapasan tenaga dalam dengan niat hanya untuk kesehatan, bisa menjerumuskan ke dalam kesyirikan. Hal ini lebih besar mudharatnya daripada kebaikannya. Walaupun ada perguruan tenaga dalam yang mengiklankan dirinya hanya untuk kesehatan, tetapi tetap saja ada meditasi energi, penyaluran energi dan pasti diselingi praktek-praktek atraksi tenaga dalam.

Masih banyak senam pernapasan lain seperti senam kesegaran jasmani, senam jantung, joging, lari pagi, fitnes, yang jauh lebih aman dari kesyirikan jika niat kita belajar senam pernapasan hanya ingin sehat. Jika ada alasan ingin berlatih tenaga dalam untuk melindungi diri, apakah kita tidak mengkaji lagi doa-doa dan dzikir Rasulullah untuk memohon perlindungan dari segala mara bahaya yang hal itu selaras dengan akidah?

Source: zonadiskusi.blogspot.com

Saturday 13 March 2010

Menggapai Ketenangan Hidup

Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih ” (QS Ibrahim : 7)
.

Rasulullah saw bersabda : “Orang dermawan, dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dan dekat dengan syurga, sedangkan orang bakhil (pelit), jauh dari Allah, jauh dari manusia dan dekat dengan Neraka. Sungguh Allah SWT lebih mencintai hambanya yang bodoh tapi dermawan, dibandingkan dengan ahli ibadah (pandai) tapi pelit (bakhil) ” (Al Hadits-Riwayat Abu Hurairah).

Rasulullah saw bersabda: “Aku tinggalkan kepada kalian dua hal, Kalian tidak akan tersesat bila kalian berpegang teguh kepadanya yakni: Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnahku (Hadits)“. (HR Muslim).

Hidup ini memang seperti pergantian siang dan malam. Siang dengan ciri khasnya terang dan malam dengan ciri khasnya gelap. Bagi orang yang sudah tahu ilmunya, tentu tidak ada masalah dengan pergantian siang dan malam.

Misalnya, ketika sudah tahu bahwa siang itu harus bekerja dan beraktivitas, maka ditunggulah siang. Dan karena tahu bahwa malam itu waktunya tidur, istirahat atau berusaha shalat tahajjud, maka datangnya malam sangat dinantikan.

Memang alangkah indahnya jika kita senantiasa mengetahui apa yang harus dilakukan terhadap apa yang akan kita hadapi, karena yang kasihan adalah orang yang tidak siap menghadapi siang ataupun malam. Misalnya, siang takut terkena tagihan dan malam takut tidak bisa tidur.

Begitu pula dalam menghadapi hidup ini. Orang yang tidak tahu rumusnya, maka dia akan selalu tegang. Mempunyai uang takut hilang, tidak punya uang takut tidak bisa membeli apa-apa. Musim mutasi takut kehilangan jabatan, sudah punya jabatan takut dipindahkan lagi.

Belum punya suami takut tidak punya suami, sudah punya takut suami menikah lagi. Belum punya usaha takut tidak punya penghasilan, sudah punya usaha takut usahanya ambruk. Selalu takut, takut, dan terus ketakutan, lalu sesudah itu mati. Lantas, kapan bahagianya?

Sesungguhnya, setiap orang pasti mendambakan ketenangan batin. Sebab jika hati tenang, maka kita akan merasa lebih nyaman dalam melakukan berbagai macam aktivitas baik duniawi maupun ukhrowi.

Sebenarnya, Allah SWT telah mengajarkan pada kita langkah nyata untuk mendapatkan ketenangan hati, yaitu dengan dzikir. Sebagaimana firman-Nya, “Ingatlah dengan dzikir mengingati Allah, hati akan tenteram.” (QS Ar Ra’d: 28).

Dengan selalu mengingat Allah, hati akan tenteram. Sebaliknya, ketika kita jarang ingat pada Allah, hati akan kering dan gersang. Dengan kata lain, sejauh mana kita sungguh-sungguh ingin hidup dalam tenterarn hati akan sangat terlihat dari berapa banyak waktu yang kita gunakan untuk berdzikir kepada Allah.

Orang-orang yang tertambat hatinya kepada Allah, apa pun yang ia lihat, ia dengar, dan ia rasakan, selalu dikorelasikan dengan Dzat Pencipta alam semesta ini. Seorang ahli dzikir akan jatuh dalam damai yang mendalam ketika merenungi hakikat pertumbuhan hidup manusia, sejak masih dalam rahim kemudian lahir hingga saat ajal tiba.

Ketika dalam rahim, janin manusia, sejak masih dalam rahim kemudian lahir hingga saat ajal tiba. Ketika dalam rahim, janin manusia lemah tidak berdaya, namun semakin besar semakin kuat hingga sampai di puncak kekuatannya. Dan ketika semakin tua kekuatan itu mulai pudar, hingga manusia seolah kembali ke tingkat kekuatan bayi yang lemah. Semua ini tidak terjadi melainkan karena kuasa Allah SWT.

Semakin banyak mengingat Allah, maka kadar keimanannya akan semakin bertambah. la tidak akan takut diancam oleh apa dan siapa pun makhluk yang ada di dunia ini. la hanya merasa takut akan ancaman dan murka Allah.

Orang yang telah mencapai derajat ini tidak pernah merasa waswas dalam bertindak. Tiap-tiap sesuatu yang dia hadapi dijadikan sebagai ladang amal. Bahkan dalam bertransaksi sekalipun ia akan memikirkan keuntungan bagi orang lain, la tidak khawatir dengan harga yang dipatok pedagang.

la akan merasa bahagia jika mampu berbagi rezeki dengan orang lain, la sangat yakin bahwa yang mengatur rezeki adalah Allah dan ia akan berjuang sekuat tenaga agar rezeki itu jatuh ke tempat yang barakah. la tidak takut hartanya akan habis, sebab yakin bahwa Allah akan memberi kelapangan rezeki bagi siapa pun yang berhati murah dengan banyak berderma.

Tentu saja, berdzikir harus senantiasa dilakukan setiap saat, sebab bila seseorang hanya mengingat Allah ketika shalat saja, maka ia akan selalu gelisah di luar shalat.

Ada yang ingat Allah hanya ketika ia mendapat ancaman saja. Bahkan ada yang benar-benar tidak tahu siapa itu Allah selama hidupnya. Naludzubillahi min dzalik. Orang yang tidak kenal Allah, sehebat apa pun ia, sebanyak apa pun harta yang dimilikinya, serta setinggi apa pun derajatnya di mata manusia, sungguh ia akan selalu dicekam gelisah.

Upaya untuk terus berdzikir hendaknya diiringi dengan sabar dan syukur. Sebab kedua aspek tersebut dapat menghindarkan kita dari kebiasaan marah terhadap sesuatu yang telah mengecewakan hati.

Padahal kemarahan yang kita luapkan bisa jadi karena tidak tercapainya keinginan atau harapan tinggi yang kita miliki. Memang, jika kita terlalu berharap untuk mendapatkan sesuatu, kita akan kecewa saat tidak mendapatkannya. Makin banyak keinginan, maka makin banyak peluang kita untuk marah.

Semestinya, kita harus siap menerima kenyataan, bahwa hidup ini penuh risiko dan tidak selamanya sesuai dengan apa yang kita inginkan. Mengapa? Sebab ketika kita mempunyai rencana, maka Allah juga mempunyai rencana.

Dalam Al Quran surat Al Hadiid ayat 22-23, Allah SWT berfirman, “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri meiainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita’terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Secara sederhana, ayat di atas menyiratkan bahwa sesungguhnya apa pun yang terjadi di dalam dunia dan kehidupan setiap manusia sesungguhnya telah Allah tentukan. Dengan demikian, maka kita tidak perlu terlalu bersedih ketika ditimpa sesuatu yang tidak menyenangkan. Sebaliknya, kita juga tidak boleh terlalu gembira melampaui batas ketika memperoleh kesenangan.

Namun, jika Allah telah menentukan semua hal, lantas apakah kita sudah tidak memiliki pilihan lagi? Tentu saja tidak demikian, karena Allah telah melengkapi manusia dengan software untuk memilih apa yang ingin kita pilih.

Setiap manusia memiliki potensi untuk menjadi baik maupun untuk menjadi buruk. Mau lurus maupun bengkok, mau di jalan Allah atau di jalan sesat.

Jika harapan tidak sesuai dengan kenyataan, berarti kita harus meyakini bahwa itulah takdir terbaik dari Allah. Sepanjang kita sudah berusaha meluruskan niat dan menyempurnakan ikhtiar, tentu apa pun yang kita peroleh tidak akan sia-sia.

Bukankah tidak sedikit orang yang ikhtiarnya sangat luar biasa namun belum juga memperoleh keberhasilan? Tugas kita hanya dua, luruskan niat dan sempurnakan ikhtiar.

Betapapun luar biasanya kecintaan seseorang terhadap dunia, sadarilah bahwa semua itu fana belaka. Kita tidak akan hidup selamanya, ada kampung akhirat yang senantiasa menanti. Karena itu, sudah sewajarnya bila setiap episode kehidupan kita jalani dengan penuh rasa syukur.

Episode mempunyai kekayaan, jalani dengan ahli sedekah. Episode tidak memiliki harta kekayaan, jagalah diri kita dengan terus bekerja sebaik-baiknya dan tidak meminta-minta belas kasih orang lain. Saat datang episode dipuji, kita berusaha sekuat tenaga agar senantiasa rendah hati.

Episode dihina, bersyukur karena itu mungkin pertolongan Ailah agar kita mau mengevaluasi diri. Episode sehat, perbanyaklah ibadah. Episode sakit, tingkatkan kesabaran sebab bisa jadi itu adalah lahan penggugur dosa.

Kita harus senantiasa ber-husnudzhan terhadap ketentuan-ketentuan Allah yang menimpa diri kita, Jika kita merasa banyak berbuat kekhilafan dan dosa, yakinlah bahwa ampunan Allah lebih besar lagi daripada dosa-dosa yang kita perbuat.

Kita harus optimis bahwa Allah akan mengampuni kita. Dan tentu saja, kita juga harus optimis bahwa kita mampu terus memperbaiki diri. Justru sikap optimis itulah etika kita kepada Allah, sebab ketika kita diuji oleh Allah dengan aneka kesulitan justru supaya kita berpegang teguh kepada pertolongan Allah.

Strategi berikutnya, kita harus selalu berlatih mengenal diri sendiri. Sebab jika seseorang ingin baik, maka ia terlebih dahulu harus mengetahui sesuatu yang ingin dia rubah menjadi baik. Pengetahuannya bisa ia dapatkan dari perenungan, dan jawaban dari orang yang kita tanyai tentang diri kita.

Latihan kedua adalah upaya untuk memperbaiki. Setelah kita tahu kondisi kita, maka kita usahakan untuk meminimalisasi bahkan menghilangkan kekurangan yang kita miliki. Bila perlu, kita tulis dalam daftar semua keburukan yang kita miliki dan rumuskan formula-formula untuk memperbaikinya.


Source : Buletin Al-Salaam, Februari 2010
Share/Bookmark
 
Copyright © Islam Mine. All rights reserved By Templates Novo Blogger